icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Tiga Tahun Menjadi Pengganti, Satu Hari Hancur

Bab 3 rumah besar

Jumlah Kata:1986    |    Dirilis Pada: 14/09/2025

a masih "ada", tapi sekaligus mempertegas jarak antara mereka. Nadira, di sisi lain, mulai muncul di berbagai pertemuan sosial yang sama dengan Rafael. Kehadirannya selalu memaksa perhatian o

resep atau daftar belanjaan. Ia menulis sesuatu yang selama tiga tahun ia takut untuk akui pada

rmasi d

tanya kini tajam, menandakan tekad yang baru ditemukan. "Aku tidak akan menja

at lama, Dimas, yang mulai sering menghubungi dan menanyakan kabarnya. Tidak lama kemudian, ia mendaftar kursus manajemen g

i. Ia tahu ini bukan waktunya membuka hati, bukan saat ia masih berada dalam bayangan pernikahan yang

a ini terlihat lemah dan pasif, mulai menunjukkan perubahan. Ia lebih percaya diri

ang tamu dengan cermat, mengenakan pakaian simpel tapi elegan, wajahnya

suaranya datar tap

n takut atau cemas, tapi dengan ketenangan yang menantan

tahun-dan kini, tiba-tiba, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membu

di pintu. Arina, yang sedang menyapu, menghentikan gerakannya dan menatap dari jauh. Nad

g ke arah Arina. "Kita akan sering bertemu, j

embali pada sapu di tangannya. "Aku r

i, lebih lembut kali ini. "Aku hanya ingin dam

nyumnya mungkin lembut, tapi tatapannya selalu tajam-selalu menuntut

memperkuat posisi sosialnya, memperluas jaringan profesional, bahkan mulai menghadiri a

an seni. Nadira tersenyum hangat, namun Arina menatap

n kepanikan, takut, atau bahkan sedikit rasa sakit dari kehadirannya. Nadira b

orang lain-dengan cara yang tidak bisa ia kendalikan. Ia menyadari, semakin Arina mandiri d

erja. "Kau... berbeda," katanya, suaranya hampir tak t

bisa kau mainkan atau abaikan," ucapnya tegas. "Aku belajar un

enar-benar bisa berubah, atau Nadira bisa diusir dari hatinya. Tapi satu hal

-buru, tapi kehadiran Dimas menjadi pengingat bahwa ada dunia lain selain rumah

n karena ia kalah, tapi karena Arina belajar berdiri sendiri. Da

sebagai lawan yang sepadan. Setiap interaksi mereka kini sep

bukan lagi korban. Ia bukan lagi bayangan da

segitiga antara Arina, Rafael, dan Nadira, tapi juga perang psi

bukan senyum pasrah, tapi senyum kemenangan kecil atas dirinya sendiri. Ia tahu perjalanan masih

siknya pada diri sendiri

kejauhan, tersenyum tipis. Ia tahu Arina berbeda. Tapi Nadira juga t

eka baru s

hun terakhir kini mulai digantikan oleh tekad. Ia tidak lagi ingin menjadi bayangan Nadira atau sekadar pengisi wa

hadirannya di komunitas seni, memperluas jaringan bisnis kecil yang selama ini hanya ia

ai khawatir melihat perubahan sikap majikannya. "Kau

Aku tahu, Sar. Tapi aku tidak bisa terus menungg

memahami bahwa majikannya kini bukan gadi

itebak, tapi segera melihat Arina tengah menata ruang tamu dengan rapi, mengenaka

tanpa basa-basi. "Aku tidak m

is yang bisa kau abaikan lagi," jawabnya tegas. "Ak

i mulai goyah. Arina bukan lagi istri pasif yang menunggu perhatiannya. Ia memiliki

an, tapi penampilannya menonjol. Nadira muncul di tempat yang sama, berpakaian anggun, senyumnya

ra saat mereka berpapasan di lorong gal

ingin. "Aku juga t

atapan saling mengukur kekuatan. Tidak ada yang mundur. Dan Rafael, yang hadir di

ak-anak kurang mampu di kota, menggunakan koneksi bisnis yang ia miliki. Tujuannya bukan hanya u

rlihat gelisah. Arina memantapkan posisinya, tidak hanya di rumah, ta

a. "Kau... semakin sulit dikendalikan," ucapnya,

n," jawabnya. "Aku memilih untuk hidup. Dan kali ini, hid

i sosok yang pernah ia kenal. Perubahan Arina bukan sekadar

-untuk membahas perceraian. Nadira hadir dengan senyum yang menenangkan, tapi di balik

percakapan. "Kita harus bica

ael. Tapi aku ingin memastikan kita membicara

ingin semuanya berjalan lancar,

mungkin melihatnya sebagai drama,

nis atau ancaman lembut. Nadira mencoba menatap Arina dengan cara yang sama seperti dulu, tapi Arina

, dan memimpin proyek sosialnya dengan percaya diri. Nadira, yang awalnya merasa superior, mulai merasakan tekanan. T

n laptopnya, meneliti dokumen proyek sosial. Matanya menatap layar dengan fokus, bi

ucap Rafael, mencoba menyembun

yum tipis. "Ini hidupku, Ra

an itu nyata, dan ia mulai takut-bukan karena kehilangan kontrol, tapi karena ia mulai meng

bergengsi. Nadira mendekati Arina dengan senyum hangat yang penuh perhitungan.

. "Aku tidak takut padamu.

na bukan lagi wanita yang pasif. Ia melihat Arina berdiri tegak, percaya

Arina tidak lagi menjadi korban. Nadira tidak bisa menaklukkannya dengan senyum atau kata manis. Dan Rafael harus memilih antara masa lalu

hnya, tapi hatinya panas dengan tekad. Ia tersenyum tipis. "Aku tidak lagi menunggu. Aku hid

enunjukkan kesadaran: lawannya kali ini berbeda. Arina bukan lagi istri yang

gi zona aman, tidak ada lagi kekuasaan mutlak. Semua pihak harus bermain deng

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka