Enam Tahun Tanpa Malam Pertama
agian orang. Di mana setelah dua hari berlibur di hari Sabtu dan Minggu, maka Seni
Senin pagi ini, di mana aku harus bangun lebih pagi karen
u bangun dari posisi berbaring, lalu sambil mengucek mata kupastikan lagi bahwa benar tak ada su
Raka? Jika ia, kenapa anak lelaki itu nampak begitu spesial bagi suamiku? Ku
g menyala. Itu tandanya Bik Isah sudah bangun dan mungkin sedang salat Subuh.
ak lelaki itu di balik selimut. Kulepas sandal kamarku, lalu dengan kaki telanjang berjalan mendekat pada suamiku yang masih
ah dan anak. Aku tersenyum miring sambil menggelengkan kepala. Pantas saja Mas E
ntuk mengurus Raka. Apalagi semalam suamiku memberikanku kunci mobil baru
yatim, anggap saja ini bagian dari ibadahku kepada Tuhan. Sepertinya mandi dan salah Subuh har
rdengar dari arah dapur. Aku yang sedang membuka jendela depan ruang tamu
Sehat loh, ada sayuran, baso, dan juga sosis,"
t Mas Edwin sambil meninggalkanku yang tergugu di depan meja makan. Sengaja aku sibuk di dapur pagi hari, demi membuatkan nasi
edihkan. Kututup kembali hidangan nasi goreng dengan tudung saji. Lalu aku berjalan menuju kam
panggilku sambil mengetuk pel
nya aku, saat mendapati Raka yang masih bergelung di dalam selimut sambil bermain tab. Buk
h atas keadaan yang baru saja aku jumpai dalam hidupku. Akan berbeda rasanya jika anak sendiri. Ini anak orang
tanyaku dengan suara lemah lembut. Ia hanya mel
ante tanya tidak dijawab?" tanyaku l
gga membuatku tak bisa mengatakan apapun. Mulutku setengah terbuka, dan merasa sangat bodoh pagi ini, berhadapan
yang ada di dalam rumahku. Sepertinya tidak hanya Mas Edwin yang akan membuat aku darah tinggi. Kini dit
sam