Ketika Hati Yang Tulus Dibalas Dengan Luka Yang Dalam
/0/27068/coverbig.jpg?v=ff25ec482a368612f3864435423b3557&imageMogr2/format/webp)
Yang ada hanyalah keheningan dingin yang menyelimuti meja makan marmer, memisahkan Arkana dan Rania lebih jauh dari jarak fisik di antara mereka. Rania membolak-
etnya. Garis wajahnya yang tegas dan rahangnya yang kokoh menjadi ukiran patung yang dingin, tidak bergerak, tidak menunjukkan emosi. Arkana adalah prototipe pria idaman dalam novel roman
ingan, suaranya kering seperti kerikil yang bergesekan.
paksa terukir di bibirnya. "Tidak ada. Mungki
"Kakekmu. Iya, aku ingat." Ia kembali fokus pada la
an dan kehormatan keluarga. Perusahaan kakeknya, yang telah dibangun dari nol dengan darah dan keringat, berada di ambang kebangkrutan. Arkana datang sebagai penyelamat, menawarkan modal dan koneksi yang sangat dibutuhkan, dengan sat
seperti jeruji penjara. Rania adalah manekin yang dipajang, istri yang sempurna di depan publik, tetapi di belakang pintu, ia adalah sosok yang tidak ter
isa sarapannya yang dingin. Langkahnya membawanya ke lantai dua, menuju satu-s
riput terlihat damai dalam tidurnya. Usia dan penyakit telah menggerogoti tubuhnya, tetapi tatapan matanya selalu memancarkan kehangatan yang tulus. Tuan Hadi
keknya yang kurus. Kulitnya terasa dingin dan lembut.
rekah di wajahnya. "Kamu tidak pernah terlambat, Nak,"
ngar lebih ceria dari kenyataan. Ia bercerita tentang taman, tentang pelayan yang lucu, tentang hal-hal sepele yang bisa membuat kakeknya ter
pelan. "Aku tahu kamu bahagia
ang Rania lakukan. Sejak awal, kakeknya selalu merasa bersalah. Ia sering meminta Rania untuk mengakhiri pernikahan ini, untuk mencari kebahagiaannya sendiri. Tetapi Rania selalu menolak. Ia tidak bisa. T
mencium tangan kakeknya dengan lembut. "Istirahatlah lagi.
enjaga kakeknya dan membangun kembali perusahaan itu adalah ikatan yang menjerat
nanti. Ia membutuhkan alasan untuk keluar dari rumah ini, meskipun hanya sebentar. Saat di perjalanan, te
Ark
di luar kota," jawab Arkana tanpa basa-basi, sua
Semuanya direncanakan dengan sangat matang. Namun, ia tidak berani ber
jumpa." Sambu
Arkana tidak pernah terburu-buru. Ia selalu mengendalikan segalanya. Ini adalah pertama kalinya ia membatalkan acara penting
, Rania membuka akun media sosial Arkana. Ia menemukan beberapa foto dari acara-acara yang ia datangi bersama Arkana, foto-foto yang dipostin
foto itu, dan jantungnya serasa berhenti berdetak. Foto itu diambil di sebuah restoran mewah. Arkana duduk di sebuah meja, tertawa lepas dengan seorang wanita cantik berambut sebahu. Wajah wanita i
ta. Bukan di rapat. Arkana berbohong. Sebuah kebohongan yang menyakitkan, diumbar terang-terangan di depan matan
ng tertera di unggahan tersebut. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan, tetapi ia harus melih
erbicara dengan seorang pria. Pria itu adalah Arkana. Mereka tidak hanya berbicara, mereka tertawa. Tawa yang tulus, yang Rania belum pernah dengar dari bibir Arkana.
ih sayang. Ada cinta. Sesuatu yang Arkana tidak pernah berikan padanya. Ia telah melihatnya, dengan mata kepalanya
meskipun tanpa cinta, setidaknya memiliki kehormatan. Ia percaya Arkana adalah pria yang setia, meski hanya dalam perjanjian. Namun, ternyata ia salah. Janji-janji yang Arkana ber
ania telah menyaksikan pengkhianatan ini. Ia kembali ke rumah, ke sangkar emasnya, dengan langkah-langkah y
membuat hati Rania terasa lebih sakit. Mengapa ia harus berkorban begitu banyak
ng yang Rania sering bacakan untuknya. Ia mencari sebuah buku lama yang selalu ia simpan di rak pali
muda dengan wajah yang mirip dengan Rania, tersenyum cerah. Ibunya. Namun, di samping ibunya, ada seorang pria muda. Wajahnya tidak asing. Rambutnya hitam legam dan matanya memancar
gapa ia ada di foto itu bersama kakek dan ibunya? Sebuah perasaan aneh merayap di hatinya. Perasaan yang bercam
yang tak pernah terucap, mulai terungkap. Sebuah perjalanan baru telah dimulai. Dan Rania,