Ketika Hati Yang Tulus Dibalas Dengan Luka Yang Dalam
ah menciptakan jurang tak terduga di antara mereka. Arkana tidak lagi bertindak dingin; ia terlihat terkejut dan mungkin, sedikit terluka. Namun, bagi
ya dari Arkana, dan kembali menatap foto usang di tangannya. Pria itu, Satria, adalah satu-satunya sumber cahaya di tengah kegelapan ini. Senyumnya
yang pasif, yang hanya menerima nasibnya. Ia akan mencari kebenaran. Pagi itu, Ra
jendela. Sebuah senyum merekah di wajahnya saat Rania
m tangan kakeknya. "Hari ini kita
rindang, tempat kakeknya sering duduk bersama istrinya, nenek Rania. Rania mendorong kursi roda ka
uk. Ia duduk di sampingnya, menggenggam tangan kerip
, matanya teduh.
uarkan foto usang itu. "Siapa pria ini, Ka
njukkan emosi yang campur aduk: nostalgia, kesedihan, dan sedikit penyesalan.
ungnya berdebar kencang. "A
k pelan. "Ya. Satr
ak pernah mencerit
sangat dekat. Aku dan Aditya mendirikan perusahaan bersama, dengan impian yang sama. Namun, suatu hari, sebuah kesalahpahaman
ngan saksama. "Kesala
embicarakannya. Yang Kakek tahu, Kakek merasa sanga
tanya Rania. "Apakah i
sahabat yang sangat baik. Mereka berdua memiliki mimpi yang sama, mereka saling melengkapi. Ka
ata-kata kakeknya. Sesuatu yang lebih dari sekadar p
ungkin saja. Tapi itu sudah lama sekali. Mereka tidak pernah bersama. Ibumu akhirnya m
edua kalinya. Ia melihat kesamaan antara nasibnya dan nasib ibunya. Apak
ukan itu?" tanya Ran
lindungi ibu, memberikan kehidupan yang layak," jawab ka
ibu bahagia?"
menunduk, tidak
r aduk. Ia menyadari, ia bukan satu-satunya yang menjadi korban dari pengorbanan yang tidak terucap. Ibunya juga. Dan kini, ia mengerti
sekarang?" tanya Rania.
k tidak tahu. Setelah pertengkaran i
kakeknya lagi. Ia harus mencari tahu
. Rania menceritakan semuanya, tentang percakapannya de
u dan kakekmu adalah sahabat?" tanyanya, matanya
ernah bercerita
inggal saat aku masih kecil. Ibuku ju
ahu apa yang terjad
besar di masa lalu yang membuat ayahku pergi," jawa
mereka berdua. Mereka adalah dua orang yang sama-s
nia. "Aku akan mengajakm
," kata Satria. "Ayahku dan kakekmu
merasa sangat bersalah. Mungkin dengan bertemu d
anya penuh dengan keraguan. "Baiklah,
akeknya sedang duduk di kursi rodanya, menata
a, "ada yang ingin
aku pada Satria. Ia terdiam, tatapan matany
aranya bergetar. "Saya S
usaha berdiri, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Satria l
nia hanya bisa melihat mereka berdua, air matanya juga mengalir. Ia melihat bagaimana takdir menghubungkan m
persahabatannya dengan Aditya, tentang impian mereka untuk membangun pe
terlalu ambisius. Aku ingin perusahaan itu menjadi besar dalam waktu singkat, dan aku
tas itu, Kakek
eknya, suaranya bergetar. "Aku berhutang dengan seorang
lik kebangkrutan perusahaan kakeknya. Ia menatap Satria, matanya penuh d
n Arkana?" tanya Satria. "Apa hub
g hutangku. Ia berjanji akan melunasi hutang itu dan membangun kemba
erasa malu. Ia merasa bodoh. Ia merasa, i
yahku adalah orang yang menemukan tentang hutang ini. Ia m
Rania dan Satria terkejut. Mereka berusaha membang
eknya mengalami serangan jantung," kata dokter. "Jantungnya terlalu lemah
ah sakit. Arkana datang, tetapi Rania tidak ingin be
" tanya Arkana,
yang bisa diperc
dengan kecurigaan dan amarah. "Aku ti
annya. Ia tahu, Arkan
bicara," k
arakan," jawab Rania. "Kita
mengungkap rahasia masa lalu. Dan di tengah reruntuhan hatinya, sebuah harapan baru telah lahir. H