Grafiti Dinding Hati
it
it tergesa menuju pintu utama. Ia pun berbalik ke arah sumber suara. Terl
yang berisi kopi pahit. Sambil menyeruput cairan hitam pekat yang m
rak menuju meja makan, mendekati Cahyo. Setelah mendaratkan ciuman di pipi k
yo menggeser kursi yang did
an." Citta berusaha menahan ayahnya agar
skan nasi goreng Ayah?" Cahyo kembali
mbil kotak makan dulu ya ag
an memanaskan
ang melangkah me
eh untuk melihat putrinya yang tengah me
Citta sambil menggerakkan gelas p
nyum. Ia pun kembali melanjutkan
g. Bukannya menjawab, Cahyo justru mengacak rambut putrinya. Ia merasa gemas den
, telan dulu makanannya.
sesekali melihat
i, Yah." Jawab Citta sambil meletakkan kotak makan di a
ab terus kalau
Goda Citta sambil tersenyum lebar. Cahyo tidak menjawab
k tadi." Citta menatap ayahnya penuh rasa bersalah. Selain karena tidak sempat memasak makanan un
Ayah, mengajak makan siang seka
an siap
Ruste
berusaha mengingat nama juga sosok
enutup mulut yang terbuk
Tanya Cahyo deng
nya sedang berusaha mengingat sah
ngat penasaran." Pancing Cahyo yang
an keluarga dengan Om Johan? Nama belakang mereka sama-sama Rustenburg." Citta sibuk membu
g, putra semata wayang sahabatnya. Ingin rasanyanya Cahyo bertanya lebih jauh tentang Wi
condongkan tubuhnya ke arah Cahyo. Bersiap mendapat pelukan, kecupan di pipi
ng. Hati-hati ketika menyetir ya." Kalimat Ci
itta menekan tuas pintu mobil agar terbuka, Cahyo melontarkan satu per
yang ingin A
a,
nal William
pasang matanya melirik ke arah ki
a media begitu menggilainya. Hampir setiap saat wajahnya muncu
serius?" Kejar Cahyo yang tampak
sanya Citta berlari menuju ruang kelas. Ia tidak ingin terlambat hadir sehingga tidak bisa mengikuti kuis. Citta
al
gan lupa na
gar suara sahabatnya
, Johan." Nada menyidir Cahyo kini memb
iat mengingatkanmu.
g yang ingin kubicarakan denganmu." Johan memberi ga
suatu denganmu, Johan. Baiklah, kita b
u akan
ja, sepasang mata Cahyo tetiba melihat pada pigura yang terpajang di atas meja kerjanya. Foto Citta bersama dirinya ketika mereka sedang liburan ke Yogyakarta. Tangan Cahyo terg
an mengusahakan yang t
a dengan senyum tipis yang
selembar kertas yang ditekuk menjadi tiga bagian. Bagian terluar dari
eperti ini. Biasanya tinggal mengirim berkas ke aplikasi pesan." Ra
Hebat." Ratih menepuk pundak sahabatnya. Ia tidak pernah menya
i kok sepertinya aku tidak sanggup ya?" C
siang lho. Untung kita tidak ada kelas." Ratih mengingatkan Citta
aku ya
dak mau diusir dan menjadi pusat per
sai, kabari aku ya. Kita bertemu di hall." Ratih mem
Cahyo kemudian memeluk sahabatnya. Cahyo tertawa mende
. Aku justru sangat berterima kasih karena Tuan Rustenburg bisa datang ke sini." Cahyo be
ak dengan nama kecilku." Johan memperlihatkan e
rus perusahaan kecil juga sering kelelahan. Terlebih akhir-akhir ini aku merasa kesehatanku menurun.
ap sahabatn
h menemui
i dokter pribadiku, Citta pasti akan cemas. Kau tahu
n memberi saran. Cahyo cepat menggeleng,
Citta sem
nglah Dokter Budi
a. Kau seperti tidak tahu dedikasinya saja." Lagi-lagi Cahyo melayangkan sindiran untuk sahabatnya. Mendengar kalimat sahabatnya,
ntukmu." Kalimat Johan terdengar seperti perintah yang harus dipatuhi
Dokter Andrew. Dokter ekspatriat seperti Andrew tentunya memasang tarif yang luar bias
lakan sahabatnya. Cahyo sahabatnya t
yo. Ia juga menyandang nama R
khir-akhir ini dikhawatirkannya benar-benar menyiksa dirinya. Cahy
dengan suara lirih. Mendengar kesediaan sahabatnya, Johan segera meraih ponselnya yang tergel
ini. Sekarang hubungilah Citta. Ka
dengan gerakan perlahan. Ia mengetikkan p
rlambat pulang karena harus mem
trinya membalas pesann
ah sekaligus makan m
g melihat temannya tidak bersemangat kemudian meraih ponsel Cahyo. Sen
mu." Johan memuji Citta sambil menarikan jemari
i rumah Om Johan. Alamatny
irim Johan. Seketika matanya t
atmu? Bisa-bisa Citta menyusu
a tidak mengetahui apa pun, meskipun
aku terpilih. Bye bye hidup santai." Citta tertunduk lesu sambil menceritakan
Kamu menulis skripsi
2 selama dua tahun. Secara keseluruhan aku menghabiskan lima tahun kuliah kemudian
u artinya kamu akan memiliki gelar tambahan
endirian di sini." Citta menatap sahabatnya dengan pandangan sayu. Ratih yang ditatap seperti itu, iba juga. Ratih melihat cita-cita yang b
mbil program fa
enuh kesungguhan dan t
udah sangat lapar." Ratih mengelus perutnya dengan gera
di tidak ke ruang b
a ke kantin sendirian." Ratih mem
dak segera aku khawatir tida
i menuju kantin. Lima menit lagi jam makan sian
dang penuh harap pada sahabatnya yang seda
ma
an M
Jalan Mawar merupakan lokasi perumahan
itta tidak segera menjawab. Ia lebih memilih mengh
k d
sana. Di ru
?" Ratih bertanya dengan hati-hati setelah
stenburg, ayah dari
hmu, Citta. Aku akan mengant
sahabatnya p
uk a
bisa bertemu William." Ratih menangkupkan kedua tangannya di pipi. Kelopak matanya berkedip lebih cep
njemput ayahnya. Membayangkan dirinya yang pasti gugup serta salah tingkah ketika bertemu William membua
kau bisa m
l ber
ngan tangan kirinya. Ia mencoba memperkirak
ukul sembi
a belanja do jam itu. Kenapa
ohan juga pasti masih sibuk di kantornya. Pastiny
ku melihat langsung wa
dengar apa yang di
Sahabatku
askan kekecewaanku dengan belanja bersama m
taksi
ati-hati y
Kan kita masih ada satu kelas lagi." Citta men
. Capek. Lagipula d
mengisikan daftar hadirmu, ya." Citta senga
saja." Jawab Ratih santai sambi
untuk berpisah arah. Tentu saja Citta tidak akan m
*