BUKAN KISAH SEMPURNA
s, tampak juga kebingungan di netra dengan warna cokelat itu. Di saat seperti ini, ia benar-benar merasa sendiri, dan sama sekali tidak memiliki teman. Kel
ari ibu tiri ini. Gajinya menjadi seorang pelayan kafe, tentu saja tidak
lunasinya besok, terpaksa kami akan mencabut s
mata. Menarik napasnya yang begitu sesak. Apa yang harus ia
di rumah sakit! Jadi kami harap kamu akan bertan
hari itu Alvaro tidak bertengkar dengan kedua orang tuanya, dan tidak kabur demi memilihnya, tentu saja hal semacam ini tidak akan pernah terjadi. Andai saja saat ibu Alvaro datang, dan memintanya mundur hari itu, dia
, agar Alvaro bisa sembuh. Namun, lagi-lagi ia bingung dari mana me
ir, dan- surat rumah. Apa dia harus me
ran yang kini memenuhi kepala Adinda. Ia menoleh dan segera melempa
nggeser duduk agar wanita yang berusia s
, membuat Adinda urung untuk kembali
nda kikuk. Merasa tidak n
lembut, tidak ada nada nyinyir ataupun sok t
h, kamu keliat
n apa yang ia alami ini. Namun, keadaannya sedang sangat membingungkan, dan sepertinya Adinda perlu teman untuk seka
ng belum sadar." Adinda memberikan sebuah
ihan, semua pengobatan akan dihentikan,
enanggung? Memang k
alah membeberkan apa yang terjadi. Entahlah, mungkin Adinda sudah terlalu lelah da
k mikir andai kamu nggak bisa bayar?" Adinda hanya tersenyum mendengar semua kalimat b
ngan senyuman tulus. Jujur, hatinya mulai membaik, dan sepertinya
ya wanita itu saat Adin
gan senyum mengembang. Ia ingat salah satu tetangganya pernah menawar rumah pe
wanita itu merasa khawatir. Ia takut wanita
k membayar tagihan rumah sakit. Lebihnya bisa saya pakai untuk menyewa ko
gukan kepala yang ia dapat sebagai jawaban, w
awarin ke tetangga saya. Waktu itu
enti saat wanita dengan penampilan elegan
e," jawab Adinda d
anak
ngar pujian itu. "Terima kasih,"
e bantu kam
engerut bingung
gan wajah yang semakin bingung, Adinda pun menyebutkan nominal yang jum
ita itu menarik lengan Adinda,
Saya nggak mau nyusahin Tante
. Saya juga seorang ibu yang mempunyai anak. Ma
menyesal karena sudah menceritakan masalahnya pada oran
senyum lembut keibuan. Membuat Adinda semakin merasa bersalah
pi
g, dan mencicilnya pelan-pe
kafe, nggak akan bisa membayar hutang sebesar
t penuh harap yang terpancar dari mata itu. Hal yang sejak tadi tidak bisa mata Adin
ng merasa trenyuh saat melihat ma
saya." Mata Adinda pun
an mahar, jadi kamu tidak
ta waktu untuk berpikir, tapi nyatanya waktu tidak memihak padanya. Dan saat tetangga yang ia harap bisa menolong dengan membel
di rumah sakit dan saya
a hati saya goyah," ujar Adinda yang merasa takut akan b
alah memilih. Kamu adalah orang yang te
idupannya di depan sana pada Tuhan. Semoga, s