icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
BUKAN KISAH SEMPURNA

BUKAN KISAH SEMPURNA

Penulis: AYA ARINI
icon

Bab 1 1. Prolog

Jumlah Kata:1179    |    Dirilis Pada: 16/11/2021

s, tampak juga kebingungan di netra dengan warna cokelat itu. Di saat seperti ini, ia benar-benar merasa sendiri, dan sama sekali tidak memiliki teman. Kel

ari ibu tiri ini. Gajinya menjadi seorang pelayan kafe, tentu saja tidak

lunasinya besok, terpaksa kami akan mencabut s

mata. Menarik napasnya yang begitu sesak. Apa yang harus ia

di rumah sakit! Jadi kami harap kamu akan bertan

hari itu Alvaro tidak bertengkar dengan kedua orang tuanya, dan tidak kabur demi memilihnya, tentu saja hal semacam ini tidak akan pernah terjadi. Andai saja saat ibu Alvaro datang, dan memintanya mundur hari itu, dia

, agar Alvaro bisa sembuh. Namun, lagi-lagi ia bingung dari mana me

ir, dan- surat rumah. Apa dia harus me

ran yang kini memenuhi kepala Adinda. Ia menoleh dan segera melempa

nggeser duduk agar wanita yang berusia s

, membuat Adinda urung untuk kembali

nda kikuk. Merasa tidak n

lembut, tidak ada nada nyinyir ataupun sok t

h, kamu keliat

n apa yang ia alami ini. Namun, keadaannya sedang sangat membingungkan, dan sepertinya Adinda perlu teman untuk seka

ng belum sadar." Adinda memberikan sebuah

ihan, semua pengobatan akan dihentikan,

enanggung? Memang k

alah membeberkan apa yang terjadi. Entahlah, mungkin Adinda sudah terlalu lelah da

k mikir andai kamu nggak bisa bayar?" Adinda hanya tersenyum mendengar semua kalimat b

ngan senyuman tulus. Jujur, hatinya mulai membaik, dan sepertinya

ya wanita itu saat Adin

gan senyum mengembang. Ia ingat salah satu tetangganya pernah menawar rumah pe

wanita itu merasa khawatir. Ia takut wanita

k membayar tagihan rumah sakit. Lebihnya bisa saya pakai untuk menyewa ko

gukan kepala yang ia dapat sebagai jawaban, w

awarin ke tetangga saya. Waktu itu

enti saat wanita dengan penampilan elegan

e," jawab Adinda d

anak

ngar pujian itu. "Terima kasih,"

e bantu kam

engerut bingung

gan wajah yang semakin bingung, Adinda pun menyebutkan nominal yang jum

ita itu menarik lengan Adinda,

Saya nggak mau nyusahin Tante

. Saya juga seorang ibu yang mempunyai anak. Ma

menyesal karena sudah menceritakan masalahnya pada oran

senyum lembut keibuan. Membuat Adinda semakin merasa bersalah

pi

g, dan mencicilnya pelan-pe

kafe, nggak akan bisa membayar hutang sebesar

t penuh harap yang terpancar dari mata itu. Hal yang sejak tadi tidak bisa mata Adin

ng merasa trenyuh saat melihat ma

saya." Mata Adinda pun

an mahar, jadi kamu tidak

ta waktu untuk berpikir, tapi nyatanya waktu tidak memihak padanya. Dan saat tetangga yang ia harap bisa menolong dengan membel

di rumah sakit dan saya

a hati saya goyah," ujar Adinda yang merasa takut akan b

alah memilih. Kamu adalah orang yang te

idupannya di depan sana pada Tuhan. Semoga, s

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka