Terjerat Obsesi CEO Arogan
/0/24396/coverbig.jpg?v=20250629130115&imageMogr2/format/webp)
tahu diri. Berani sekali
ng ada di hotel bintang lima tersebut. Wanita cantik berusia
u lakukan di
Penglihatannya yang sudah memudar akibat mabuk, sontak menyip
enatap pria itu yang meski
a itu dengan nada datarnya sembari m
amun, kakinya terasa lemas hingga akhirnya hanya menatap wajah pria i
mpurna itu mengerutkan keningnya. Ia lalu m
uk. Biar aku an
r di ceruk leher pria itu menatap lekat wajahnya, ingin melih
khianatan yang dilakukan oleh suamiku
a melakukan hal itu di depan mataku. Jika dia saja bisa melakukan
i itu yang masih terbalut kemeja putih deng
lirihnya. Elena menatap dengan mata menggodan
e kamar." Elena mencoba untuk berjalan, menyere
di dalam kamar. "Aku sudah bilang padamu, kau sedang mabuk!" uca
pa? Kau tidak tertarik padaku? Atau mungkin karena ini?" Elena
g sampai membuat Gio berpaling dariku?" lir
" bisiknya dengan tangan kini berpusat pada inti tubu
enggoda dirinya. Sebagai pria normal, siapa yang tidak tergoda denga
ibir wanita itu dengan penuh semangat. "Kau ingin balas
Sentuh aku. Puaskan aku malam ini,"
Ia kembali meraup bibir Elena sembari membuka seluruh
ketika merasakan hujaman y
ring telanjang seperti kanvas tanpa warna,
epas dari pandangan wajah Elena yang begitu memukau. Lihai dan mendominasi, tu
ra menyerap aroma tubuh mereka, seolah mer
engah, matanya membola menyapu ruangan
di kampus yang sama bahkan satu kelas, tidak ada alasan b
akin membuat lelaki itu bergairah dan menghan
ain saat melihat seorang pria yan
di tenggorokannya. Pria yang dulu pernah ada di hatinya lima tahun ya
rambut hitam yang sedikit acak-acakan, membuk
ap Karl dengan nada tenang
n tangan gemetar, ekspresinya b
hampir seperti teriakan. Cepat-cepat, dia menarik selimut u
eolah tidak percaya dengan tuduhan itu. "Aku? Kau sendiri yang menye
ah kau pesan sendiri, Elena," tutur Karl meng
mekik, tangannya langsung
otongan ingatan berkelebat di benaknya-aroma alkohol, suara tawa
yang ia saksikan dengan mata kepala sendiri. Adegan itu masih begitu nyata. Wanita murahan
an siang untuk Gio, berharap bisa memberi kej
nang di sudut matanya. Luka itu kembali terbu
pi ia tidak mengatakan apa-apa. Tatapannya ta
k berbicara. "Anggap saja hari ini tidak pernah terjadi, Karl. I
ya. "Kecelakaan, katamu?" ulangnya, suaranya sedikit lebih berat. Ia duduk t
dekat menatap dingin wajah Elena. "Sekali kusen