icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Another Word To Say I Love You

Bab 2 1 Merebut

Jumlah Kata:1886    |    Dirilis Pada: 20/10/2021

uss

k mungkin bagi dirinya untuk mendapatkan tempat yang lebih baik dari ini, hanya saja ini keputusannya dan Bima. Walaupun bukan SMA Favorit, tapi bagi Lisa bisa satu sekolah dengan Bima a.k.a sahabatnya sudah lebih dari cukup. Mengingat mereka memang selalu bersama sem

Tentu saja tanpa sepengetahuan Bima, Lisa mengintip buku dewasa berjudul 'My Sexcretary' yang sampul plastiknya sudah terbuka, lalu dengan sigap menculik buku itu dan mengendap-endap mengambil spot di dekat jendela, duduk bers

. Sexc

ki itu tajam, hidungnya mancung tapi tidak berlebihan, kulitnya sawo matang, manis sekali. Lucunya, lelaki itu memiliki bulu mata yang lentik, seperti wanita. Satu hal yang menarik darinya adalah

ya, tapi tolong berikan buku itu!" ka

ipergoki, Lisa hanya melongo

n kanannya, kepalanya sediki

apapun karena telah tertangkap basah. Di samping itu ia juga heran

an

hirnya Lisa bersuara walau setengah takut. Baru kali ini ada seseora

bukunya," kata lelaki itu dengan nada menyuruh,

lalu ia memandang ke arah lain. "Lagi

aku?" lelaki itu mendesah. "Cepat beri

, atau hampir sepantaran dengannya? Entahlah, ia tidak tau pasti. Tapi intinya lelaki itu nampak masih muda dan segar. Lisa diam-diam

karena lelaki itu jelas tidak memakai seragam seperti pegawai lainnya. Dia hanya memakai celana jins p

u?" tanya Lisa sewo

r, direbutnya buku it

keduanya saling berebut. Mungkin kejadian seperti ini akan lumrah jika terjadi pada orang lain entah karena stok bukunya terbatas karena buku itu adala

u itu sekuat tenaga. "Lepask

i itu menarik bukunya lebih ku

gedi saling berebut buku itu sekilas seperti pertarungan kucing dan banteng, alias sama sekali t

hampir terjengkang karena sangking kua

maaf, lelaki itu m

tiba, kau baru boleh m

biasa. Dadanya naik turun karena sibuk mengatur napasnya yang masih satu dua. Belum sempat merecoki lelaki aneh itu, tiba-

h. Gadis itu mengerjap tidak mengerti. Namun

ga dibawanya. Melihatnya berlalu, rasa kesal gadis itu berlipat ganda. Ditambah lagi saat melirik rak buku yang a

" Lisa menggerutu, "Sia

endiri bahwa mulai detik ini ia akan selalu mengingat wajah lelaki menyebalkan itu selamanya.

auh. Alih-alih mengejarnya, gadis itu malah berdiri mematung. Sejenak ia b

*

u lagi-lagi membuat dadanya berdesir. Gadis manis dengan lesung pipit yang tidak terlalu dalam i

h bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang benar dan sama sekali tidak menyesalinya. Lelaki itu tau persis bahwa suatu saat jika gadis tanpa nama sudah mengetahui siapa

pertinya gadis itu tidak menyadari atau mungkin sama sekali tidak ingat. Padahal pertemuan yang remeh temeh ini nya

dalah kali pertamanya ia diterima bekerja di SMA Nusa Bhakti. Usai lulus dan menyandang gelar sarjana di jurusan olahraga, selama satu tahun penuh ia mendedikasikan dirinya sebagai asisten dosen sekaligu

h dinyatakan lolos. Hal itu membuat atmosfer sekolah menjadi lebih ramai, terbukti dari tadi pagi saat belum g

itu cukup senang tugasnya selesai lebih cepat dari dugaan. Ia pun menyambar tas ranselnya berniat untuk bergegas meninggalkan sekolah, terl

basket. Menurut dugaannya, bisa jadi keduanya adalah calon murid yang akan melakukan daftar ulang. Anak laki-laki itu memiliki postur tubuh agak kurus namun lumayan tinggi,

ng peralatan olahraga lalu menguncinya. Sa

kubakar habis

ahahah

h, ternyata su

entii

jar si anak laki-laki, tapi yang dikejar malah semak

dis mulai ngos-ngosan dan berhenti mengejar. Sementara

lutut, gadis itu menatap temannya geram dengan napas tersengal. Sesaat kemudian gadis itu membuat gerakan

m gadis itu manis dengan lesung pipi yang tidak terlalu dalam, hidungnya kecil dan matanya bulat sekali. Saat tertawa, gadis itu memamerkan gigi kelincinya deng

, masih dengan senyuman leb

tersenyum me

nya lagi. Gadis itu m

ya baw

etaa

itu memang kecil, tapi justru itu ya

is namun mulutnya berusaha berbicara,

mau melepaska

gus

atikan, lalu sedetik kemudian terkesiap menoleh. Gadis itu mendapati Pramana yang diam

ing beradu beberapa detik. Pramana menyipit, sepertinya ia harus menahan diri untuk tida

anak laki-laki itu,

Tapi tatapannya masih

njadi berpacu dua kali lebih cepat, sehingga kemudian menjadi alasan mengapa ia mendadak jadi

p jantungnya masih tak beraturan. Senyum gadis itu masih memenuhi pikirannya. Bagaima

irih, "Dia bukan Anjani. Mereka

baik gadis pemilik senyuman dengan lesung pipi tidak terlalu dalam. Setidaknya, kali ini Pramana bisa menah

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka