icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Another Word To Say I Love You

Bab 6 5 Dia Guruku

Jumlah Kata:2268    |    Dirilis Pada: 23/10/2021

hasan mengenai pergantian guru di beberapa kelas. Tadinya Pramana dipercayai untuk mengajar mata pelajaran olahraga hanya di seluruh kelas sebelas baik

sepuluh telah genap pensiun tahun ini, sehingga saat ini

a waktu guru mata pelajaran yang ada harus merangkap dan menambah jam tugasnya mengajar. Dengan mempertimbangkan jam terbang mata pelajaran olahraga yang hanya sekali seminggu pada tiap kelas, hasil keputusan meeting pagi ini mengharuskan dua guru olahraga membagi tugas mengajar dari kelas sepuluh s

nnya sebagai mahasiswa S2. Jika dihitung-hitung ia harus mengajar 14 kelas olahraga dalam seminggu dengan estimasi waktu 90 menit di tiap pertemuan kelas, dan kebetulan ia juga ditunjuk sebagai pelat

a, "Anak-anak di jurusan IPS memang terkenal agak bebal, tapi jangan salah

temu Bu Nike di sini," jawab Pramana mengan

, "Di musim tahun lalu bahkan ada empat siswi perempuan yang berhasil mencetak

mengacungkan jempolnya. Kemu

" Bu Nike memberikan kunci pada Pramana

betulan pagi ini ada jam mengajar di salah satu kelas," ujar Pra

uluh?" tan

nyum. "Lebih tepatn

*

isa yang berdiri tak jauh dari pintu kelas. Keduanya sedang di koridor kelas sambil menunggu guru mereka datang

yang bahagia, huh?" tanya Lisa, gadis itu berjalan ke sana ke mari sambil b

g pasrah. Lela

ah pada

duk di sam

a tidak begitu menyenangkan, sampai-sampai

dalah karena stress, ia kecewa orang tuanya tidak bisa pulang mengunjunginya ke sini. Padahal sudah hampir setengah tahun tidak bertemu, tentu sa

ima pelan. Gadis itu m

gan ukuran yang lebih besar? Daripada kau memaksakan

a berat badanku naik, justru dengan memakai ukuran lamaku, tanpa sadar aku akan b

gadis kebanyakan yang selama ini ia temui. Eh, tunggu dulu, kenapa ia memban

ma kemudian bangkit dari kursinya, "Kau tidak mengecek ponsel

Kalau beg

a putih gadis itu dengan sengaja. Sebelum Lisa bereaks

" pekik Lis

ambat. Lisa buru-buru mengejarnya. Sementara Bima melanjutkan ucapa

*

ri ini agak terik, sehingga banyak yang memilih menepi di pinggir lapangan di dekat pohon jeruk. Beberapa

run karena usai berlari. Sementara itu tak lama Bima datang menyusul berjalan gontai dan lalu menghempaskan

," bisik Bima. Napas

nutupi wajahnya send

sini, tapi kenapa tidak ada bata

ghampiri mereka berdua. Ternyata itu suara Alvin yang tak lain dan tak bukan adalah si t

eralatan olahraga sambil membawa bola di tangannya. Tapi ia tidak bisa melihat wajahnya

erdiri di sebelahnya sambil meng

Lisa menyamb

ima ada benarnya, seharusnya ia membeli ukuran yang lebih besar. Bahkan saat ia berlari tadi, gadis it

ya! Ayo segera berbaris sebelum kit

n mengangkat waja

rlari-lari kecil dari belakang ke depan, me

ahari, ia berusaha melihat gurunya dan memastikan bahwa pendengarannya tadi tidak salah. Gurunya sedang berdiri memunggunginya, dan

bukanlah seseorang yang selama ini dihindarinya. Ia ingat betul ucapan Bima semalam di te

n yakin bahwa ia tidak salah. Dan dugaannya tidak mel

aya akan menjelaskan ter

serasa berputar dan jatuh te

*

i lagi kondisi ruangan peralatan, lelaki itu tersenyum dan melangkahkan kakinya ke luar. Tak lupa ia menutup pintu se

apas panjang. Matahari pagi ini sangat cocok dipadukan dengan permainan basket. Baginya bermain basket bermandikan terik matahari pa

kan dua bola basketnya dan menerima jurnal it

k hadir kali ini?" ta

Kak," jawab

leh. "Bagus. Panggi

itu melanjutkan kalimatnya, "Dan saya sudah mengagumi Kakak semenjak pertama kali

r. Ia menggele

balilah ke

an bergabung be

tup jurnal itu lalu menggulungnya. Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan membuka

alkan diri, "Mungkin kalian sedikit bingung karena sebenarnya yang

gundang perhatiannya adalah baju yang dikenakan gadis itu, sekilas nampak ... terlalu ketat di tubuhnya. Tapi Pramana memilih tidak pedul

ng tersisa di tangannya di baw

k'. Seperti yang kalian lihat, saya masih muda dan berumur 22 tahun. Jadi ... cukup p

etika berisik. Mereka salin

ada yang

e sebahunya dengan centil. Siapapun tau bahwa ia lah gadis yang termanis di kelas ini. "Jika kami meman

kecuali Lisa. Sementara barisan siswa laki-

diperlukan," ujar Pramana sambil mengangkat jurnal absen

amana tersenyum lalu menimpali, "Boleh menghubungi jika memang ada yang i

sih muda dan menarik di mata anak SMA, Pramana harus tetap ber

r," pungkasnya kemudian, "Oke, hari ini kita mulai dengan ma

tangan. Pramana memberi isy

Pramana mulai men-dribbling bola basket yang ada di tangannya, "Di sini kita semua sama-sama be

Naomi, ia menaik

siswa S2," Pramana menjawab

awab Naomi te

...

engacungkan jempol. "Kebetulan sa

ridnya itu lamat-lamat. Kemudian ia te

kau mewarn

udara dengan gesit. "Bukan, Kak. Rambu

git tidak perca

u orang Jepang dan ibuku orang Indonesia, kebetulan ibu dari ibuku adalah keturun

f, aku sempat mengira kau salah satu siswi yang ing

n sedikit anak rambutnya ke be

ua bertugas untuk memandu teman kalian yang lain. Saya akan berdiri di tengah untuk mengawasi d

*

man-temannya membelah membentuk barisan, ia masih bergeming, bersedekap dan menatap gurunya dengan tatapan tidak suka.

ia langsung berjalan mendekat. Tatapannya tenang sekali. Sinar matahari terik kali ini membuat mata coklatnya terlihat lebih menyala dari biasanya.

patuh terhadap seorang guru?" bisik Pramana. Tentu s

ggendongmu lagi. Sadarilah ba

dak habis pikir. Sementara lelaki itu masih saja menatapnya dengan tenang. Lisa meratapi di

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka