Another Word To Say I Love You
alah satu siswi. Siswi itu berdiri di tengah, tepat di deretan pertama siswi perempuan. Seketika senyum Pramana memudar. Dia adalah gadis yang sama dengan
dis itu jelas sedang tidak baik-baik saja. Sesekali matanya mengerjap-ngerjap, lalu ia mencoba meraih punggung teman yang ada di depan
atanya, ia terhuyung pelan ke arah depan, sebelah tangannya memegangi perut.
kan pandangannya sedikit pu
ia yang berdiri di sebelah Pramana
ud terhuyung ke belakang. Pramana refleks meninggalkan barisan guru dan berlari secepat mungkin ke arah b
HH
ang berjaga di belakang barisan terlihat kebingungan, sepertinya mereka tidak menyadari ada salah satu peserta upacara yang sedang membut
saran apa yang sedang terjadi. Namun salah seorang siswa berusaha membubarkan teman-temannya yang berkerumun. Siswa itu adalah anak yang tadi berdiri tepat di depan
udian ia menahan lengan Pramana dan berkata, "Pak, biar saya saja!" tatapannya cemas sekali. Bahkan sekila
mencoba merengkuh tubuh muridnya yang pingsan itu. Anak-anak
ang bawa, Pak," ucap salah seoran
api kemudian ia membuka mulut, "
rjalan pelan me
satu anak PM
ke UKS. Anak-anak PMR itu menurut dan melipat kembali tandunya, sement
*
lu memintanya untuk pergi ke dapur sekolah mengambil teh panas. Saat ini di ruangan itu hanya tinggal Pramana dan siswinya yang pingsan. Pramana mengam
tengah terbaring lemah, ia jadi teringat dengan buku yang dibelinya kemarin. Tentu saja buku itu masih terbungkus di dalam kantong plastik, tersi
menghampirinya. "Tapi dia belum bangun, nant
gu. Tapi saat Pramana akan meninggal
da mau
na menaikkan alis
t menahan ... ingin ke toilet, sebentar saja, pak," ujar anak PMR itu d
ana sambil tersenyum, "Jangan kh
ramana berbalik, ia mendapati Alisa bergerak. Mata gadis itu sekilas mengerjap-ngerj
*
mendekat. Kemudian sayup-sayu ia mendengar suara la
ngerang, tubuhn
jauh dari kasur, menatapnya dengan cemas. Alih-alih bangun, Lisa pun buru-buru memejamkan matanya lagi. Ia masih terlalu malas dan malu untuk menghadapinya. Sung
udah b
is itu tetap memejamkan mata
beberap
ang itu s
ang berdiri membelakanginya, menghadap kotak P3K tengah mencari sesuatu, lalu mendesah seperti tidak
krucuk
eberapa detik tanpa bisa dicegah. Dalam hati Lisa mengumpat, tubuhny
dan minu
isa terkejut. Gadis itu masih d
sedang berpur
a untuk tetap tidur sia-sia, karena suara perutnya memang terdengar j
mbah lagi ia bukan tipe orang yang pandai berbohong. Diam-diam gadis itu membuka matanya pelan. Bagaimana pun juga ia harus menghadapi situasi ini walaupun sebena
H?
menarik diri, "Kurasa kau baik-baik
ntrol detak jantungnya yang mendadak tidak karuan. Lisa tidak habis pikir bahkan di
at pulih," ujar Pramana sambil
erlahan, sensasi hangat langsung mengalir di kerongkongannya yang kering. Sejenak gadis itu melupakan rasa malunya. Ternyata
na
uk pelan, sed
a pun menurut, meneguknya sampai habis
bangun, aku akan k
duknya dan berjalan ke arah pintu, mengambil sepatunya yang ada di rak lalu memakainya. Namun saat lelaki itu akan benar
aha mengontrol diri untuk tidak meninggikan suara da
an menyembunyikan
kau pi
it tidak yakin. Gadis itu mencoba memastikan bah
atap gadis itu sejen
Tentu
pa sadar ia mendesah pelan,
toilet dan aku diminta menjagamu se
guk kecil, s
Pramana," kata gurunya kemudi
nya memanas, wajahnya me
ahun lagi, baru kau
dongak tidak mengerti.
arena kulihat, kemarin kau sangat kesal
lagi. Menerima kenyataan bahwa ia telah dipergoki seseorang yang tidak dikenalinya di toko buku kemarin sebenarnya
rasa harga dirinya sudah terkuras habis. Sadar bahwa saat ini wajahnya terlihat bodoh sekali, gadis i
gi-lagi cuma tersenyum. Tangannya
aya sudah boleh
kukan kemarin di toko buku memang salah dan juga baru menyadari kalau anda, eh ... Bapak adalah
ustru lelaki itu menan
l i
hal
di mana kita bisa
k di mana pun. Ehm, maksud saya, s
urid yang melakukan hal yang tidak seharusnya, kan?
esah. "Tapi anda bu
a dengan ekspresi tenang. Sepertinya
usan murid di luar sekolah," jelas Lisa lagi. Gadis itu masih set
i be
s itu menatap lelaki yang a
u lalu mengangguk kecil. "Jika tidak ada
s itu membuang muka. Ia bersumpah, baru kali ini ia tidak
n sebutan 'Pak', karena saya masih 22 tahun," ujar Pramana sambil melipat
t kalimat itu, Pramana ber
rusan orang lain, lelaki itu juga terlalu percaya diri. Lisa hanya berharap guru mata pelajaran olahraga di kelasnya ada
*
sa saat gadis itu baru saja duduk di bangkunya, "Kurasa
ra pergi ke luar kelas. Apa mungkin ada sesuatu mil
di koridor kelas saat Lisa tiba di ambang pintu. S
"Kurasa tidak ada yang tertinggal kan?
an menyodorkan roti coklat di bungkusan
ya?" tanya Lisa
S juga bersamamu. Dia bilang k
menyebakan sedunia, tapi sekarang ia malah mendapati lelaki itu sengaja menitipkan makanan untuknya melalui anak PMR. Gadis
p Lisa akhirny
k ada. Mungk
kan terima kasih pada anak PMR yang sudah menolongku, maaf tadi aku
anjutnya dengan ekspresi bersalah, "Aku sebagai ketua PMR sekaligus yang sedang berjaga di upacara hari ini jadi merasa bersalah karena kurang memperhatika
nar pingsan, ada seseorang yang berlari ke arahnya secepat kilat namun g
dia ya
mengang
ng lagi," jawabnya lalu ia mengulu
sa lalu menyamb
egitu pun dengan Lisa. Sejenak Lisa tercenung, kalau dipikir-pikir walaupun Kak Pramana itu menyebalkan dan me
nda bisa
kau pi
it tidak yakin. Gadis itu mencoba memastikan bah
Tentu
kurl
toilet, dan aku diminta menjagamu s
ian ia menggeleng. Toh, gurunya itu berniat tidak mengatakannya, jadi walaupun i