Scarlet Regret
atnya menggema di kediamann
ruangan kh
. Tujuannya jelas-ruangan bawah tanah. Dengan satu gerakan tangan, ia memberi isyarat pada
ng meringkuk di lantai dingin, tubuhnya melingk
hkan. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, sik
s,
a menyipit, berpaling menatap pria berkepala plontos yang berdiri sepuluh langkah
aranya terdengar tajam, penuh ketidakpercayaa
nada tegas. "Polisi telah mengkonfirmasi bahwa wanita ini ad
m ke arah wanita yang disebut sebagai pelaku. Rahangnya mengeras, napasnya berat. Ada sesua
dur pulas di depannya. Sorot matanya sulit diartikan-apakah i
ukan, Sir?" Suara anak b
u pada wanita yang terbaring tak berdaya. Lalu, tanpa men
rgema di sepanjang lorong hingga akhirnya ia tiba di ruangannya sendiri. Dengan gerakan tenang, ia menj
ya kini lebih dingin, menandakan bahwa pikirannya
ekat dengan langkah mantap. "Ini adala
la napas panjang. Dengan kasar, ia meletakkan iPad itu di atas meja, bunyinya menggema di ruangan yang sunyi. Punggungnya bersandar ke kursi
Sir?" Jack bert
ng ke high ceiling di atasnya. Sorot matanya menerawang, seolah pikirannya t
i, lalu tanpa peringatan, bangkit dari kursinya. Langkahnya
mpatan itu, langsung berlari sekuat tenaga, berusaha menerobos keluar. Namun, harapannya hanc
a panik, memberon
karung beras, lalu tanpa ampun menghempaskannya ke lantai beton yang dingin dan ke
h amarah saat menatap pria rupawan di depannya-waj
sisnya dengan suara berget
gkok perlahan, mensejajarkan wajahnya de
ranya rendah, dingin, namun
ak memahami maksud pri
ruhmu melakukan ini?" Suaranya terdengar lebih tegas, lebih be
"I really don't know what you mean. Aku
membuat bulu kuduk berdiri. Matanya penuh dengan sesuatu yang tid
kan. Adrik mendekat, begitu dekat hingga Kayshila
genalku... de
ila dan membenturkannya ke tembok. Satu kali?
erusaha keras agar bisa lepas dari genggama
on lepas
k itu terdengar seperti sebuah melod
h segar kini mengucur deras dari pelipis,
a untuk berdiri. Tak ada jarak antara wajah Adrik
a dari apa yang su
tu dengan air mata yang terus berder
Aku bahkan tak pernah
kuat menarik rambut wanita itu hingga rasanya
an dengan orang yang salah. Beraninya kalian bermain
ia tidak tahu apapun. Bermain-main? B
tinggi. Luka pada sudut bibirnya kian mengeluarkan
inya dia meng
aduh saat tangan Adrik semaki
h gaya Adrik. Dia lebih suka bermain-main terlebih dahulu sebelum menghabisi mangsanya. "Kylie Abr
saja."Bukan aku pelakunya. Aku sama sekali tid
a mata kecoklatan miliki wanita itu."Stop pretending, b***h. A
ima gland-nya. "Aku bersumpah bukan aku pelakunya. Aku–" Bibirnya bergetar k
rmain-main, menjadikan mereka sebagai penghangat ranjanganya, tapi belum pernah dia melihat mata indah seperti m
p tajam pria kurang ajar ya
. Dia sedang menungg
gga membuat Kayshila tersungkur jatuh