Misteri Birahi Kampung Cilendir
g reda. Suara rintik air yang membentur atap dan daun pepohonan memenuhi udara yang dingin. Waktu
Sungai yang biasa dia singgahi airnya sangat keruh dan arusnya sangat deras. Hal tersebut memaksanya untuk ma
n sebagian warga kampung memang tidak menyukai kamar mandi itu. Tempat yang seharusnya memberikan kenyamanan justru terasa sangat menjijikkan. Kotor, bau tak sedap
n, pendengarannya yang masih tajam langsung menangkap suara-suara yang aneh. Suara seperti desahan da
karena dinding tripleks dan temboknya masih rapi, dia tidak bisa melihat secara langsung dari luar. L
dua sosok yang tak asing baginya. Ustad Duloh dan Bu Yani sedang terlibat dalam perbuatan yang tak pa
menggenjotnya dari belakang. Bah Udin memejamkan mata untuk beberapa saat, tak percaya de
guru agama SD yang identik dengan kealiman. Mereka juga merupakan calon
, membuat Bah Udin makin terperanjat, hingga dia kembali menajamkan pandangannya
genjotanmu Oooom, aaaah sssst," balas
Apakah mereka sedang kesurupan? pikirnya. Men
eluarga dan warga kampung, justru terjerumus dalam kubangan birahi yang terlarang. Hujan deras dan sepinya kamar mandi u
ghantam pantai, pikirannya tak kunjung tenang. Ia berdiri memaku di depan MCK. Keinginanya untuk mandi hilang sirna. Tubuhnya yang ren
han dari teka-teki yang dilihatnya kemarin sore dan yang diceri
ai, ia melihat sesuatu yang tak seharusnya terjadi: seorang mertua dan menantu asy
at mesum di kebun singkong belakang rumahnya. Pak Mirta yang kala itu mau membuang sampah dedaunan, menyaksikan
erikan, di sela desahan mereka, n
h Udin makin bingung. Pertanyaan
mereka yang selama ini dikenal sebagai orang-orang baik, berke
itif. Tapi kali ini, ia merasa dikhianati oleh kenyataan. Kampung yang se
ulan, atau memang ada s
rusaha berpikir positif, semakin benang kusut ini menariknya dalam pusaran keraguan. Semua yang d
hujan telah reda. Mak Sarah, istrinya sudah berkali-kali mengingatkanny
oh yang selama ini menjadi imam salat di masjid, tert
h..." Bah Udin
dihormati, yang mengajarkan nilai-nilai agam
enengadah ke langit saat berdoa, ternyata ju
ir habis, kok malah bengong! Sana cepetan mandi dan wudhu!" te
bangkit dari duduknya, namun langkahnya terasa berat. Jau
ya Tante Amor
begitu kuat hingga merusak jiwa-ji
oleh dibenarkan. Apalagi kalau sudah menyasar para alim ulama? Lantas siap
rib di rumahnya, merasa belum siap melihat wajah alim Ustad Duloh y
*
dipan, saksi bernikahan mereka lebih setengah abad yang lalu, hanya diterangi cahaya temaram lampu pijar yang
e ngomongin Tante Amor?" Mak Sarah membuka
erat, hampir terpejam. "Iya, denger... katanya ba
pi Abah, jangan sampe ikut-ikutan main ke sana ya? Perasaan emak, ada ya
terbangun. "Jangan khawatir, Mak, Abah cuma
antuinya. "Tapi... entah kenapa, rasanya Tante Amor itu bukan seperti ya
e dalam gelap malam. Pikiran-pikirannya melayang jauh, t
eolah semakin keras terdengar di telinga Bah Udin. Apa yang sebenarnya sedang terjad
arik selimut lebih rapat, berusaha untu
*