Pelarian Cinta Yang Terlarang
enindih dadanya. Pikiran-pikiran tentang Thorne, tentang kata-kata yang dia ucapkan, dan tentang rasa terperangkap yang semakin membelenggu dirinya te
ia berjalan menuju jendela, menatap kegelapan di luar. Angin malam yang dingin menyapu wajahnya, m
rung dalam kehidupan yang tidak ia pilih, dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi yang tak bisa dihancurkan. Thorne selalu ada di
mua ini
orne berdiri di pintu kamar, matanya yang tajam menatapnya. Wajahnya tak terlihat marah, ha
dengan suara lembut, namun setiap kat
suaranya dipenuhi kebencian yang ia co
pan yang memusatkan perhatian padanya. "Aku hanya ingin m
tak pernah tahu apa yang aku inginkan!" Elara hampir berteriak
kata pun. Elara merasa darahnya mendidih, tetapi ia tidak mundur. Dia tahu bahwa ini adalah b
Kamu terlalu keras kepala," katanya pelan, hampir seperti bisikan. "Kamu berpikir bisa
a menantangnya, meskipun hatinya b
orang, Elara. Itu bukan caraku. Tapi jika kamu terus melawan, aku akan membuatmu m
yang sering ia dengar, kata-kata yang selalu digunakan untuk mengekangnya, untuk membuatnya merasa seolah-ola
besar," Elara berkata, suaranya lebih tenang meskipun hati b
lawan, Elara. Tapi ingat, ketika kamu melawan, akan ada konsekuen
menunjukkan kelemahannya. "Kamu tidak bisa menghancurkanku, Thorne.itu dingin, penuh dengan kepercayaan diri ya
nggantung di udara. Elara berdiri di sana, menatap pintu yang tertutup, merasa semakin terperangk
mengendalikan segalanya, dia tahu-suatu hari nanti, dia a