icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perjuangan Seorang Kakak

Perjuangan Seorang Kakak

Penulis: Erlangga
icon

Bab 1 Badai Menghantam

Jumlah Kata:2879    |    Dirilis Pada: 24/01/2025

ut yang tenang. Angin pagi bertiup sepoi-sepoi, membawa harum udara laut yang segar. Seperti biasa, ia menyiapkan perahunya, memeriksa jaring ikan yang

ak mereka, melihat suaminya berangkat dengan senyum, berharap hasil tangkapan hari itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Anak-anakn

memandang langit yang biru, namun tidak ada tanda-tanda cuaca buruk. Ia terus maju, semakin jauh ke tengah laut, berharap mendapatkan hasil tangkapan yang banyak. Pikirannya

dinya lembut, tiba-tiba bertiup kencang, membawa suasana yang mencekam. Pak Ruslan, yang sudah berpengalaman melaut, mulai merasakan tanda-tanda buruk. Awan yang

datang menghantam perahunya dengan keras. Perahu kecil itu bergetar hebat, hampir terbalik karena kuatnya gelombang. Pak Ruslan berpegangan

ng sangat berbahaya. Gelombang tinggi datang silih berganti, dan hujan deras mulai turun, membuat pandangan Pak Ruslan t

ombak menyelimuti segalanya. Ia tahu bahwa ia harus segera kembali ke pantai, namun arah perahu semakin sulit dikendalikan. Gelombang besar yang datang tiba-tiba mengha

t. Tubuhnya terseret arus yang kuat, dan meskipun ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap mengapung, laut yang begitu luas dan gelap membuatnya hampir keh

ang menunggu di rumah kecil mereka, dan harapan-harapan yang belum sempat ia wujudkan. Ia

h ada riak-riak kecil di permukaan laut. Dengan kekuatan yang tersisa, Pak Ruslan mencoba berenang, meraih tepi pantai yang tampak ja

a lemas, penuh luka, dan lelah luar biasa. Namun, ia bersyukur bisa selamat. Meskip

telah hilang diterjang ombak besar. Gelombang yang datang begitu kuat memporak-porandakan perahu kecil itu, dan Pak Rus

ertarung melawan badai. Hujan sudah reda, namun udara masih terasa dingin dan lembab. Ketika ia membuka matanya, yang tampak hanya pepohonan tinggi dan pasir

ilingnya, berusaha mencari tahu di mana ia berada. Pulau itu terlihat sepi, dan tidak ada jejak manusia yang tampak. Tidak ada rumah a

ia terjatuh ke laut. Ia tidak tahu pasti berapa lama ia telah terombang-ambing di lautan, namun ia merasa sudah cukup lama. Sesekali, ia menatap ke arah

ari makanan dan air, serta tempat berlindung, atau ia akan semakin lemah. Dengan tenaga yang tersisa, ia berjalan ke arah hutan, berusaha mencari sesuatu y

memilih satu dan mencoba memecahnya dengan batu yang ia temukan di dekatnya. Ternyata, kelapa itu bisa dimakan, dan meskipun rasanya sedikit asin

masan di hatinya, tetapi ia tahu ia harus bertahan. Ia menemukan sebuah tempat berlindung sederhana, sebuah gua kecil di bawah tebing yang bisa mem

. Ia tahu mereka pasti khawatir dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dengan perasaan yang berat, ia berdoa dalam hati, memohon agar b

ri makan dari buah-buahan yang ada, dan sesekali ia pergi ke pantai untuk melihat apakah ada tanda-tanda perahu l

Ia juga berusaha membuat api dengan cara tradisional, menggesekkan dua batu hingga menghasilkan percikan api. Meski susah

a harus terus berjuang untuk bertahan hidup. Pulau itu tidak ramah, dan ia semakin merasa terisolasi. Namun, meskipun keputusasaan menyelimuti diri

oga badai itu hanya sebuah cobaan, dan suatu hari nanti ia bi

ri Pak Ruslan, Ibu Siti, yang biasanya selalu menanti suaminya kembali setelah bekerja, merasa gelisah. Setiap kali mendengar suara gelombang atau angin yang keras, hatinya berdegup kencang,

nang, berharap melihat perahu suaminya muncul di kejauhan. Tapi yang ia lihat hanya samudra luas yang tak berujung. Pendi dan Rani mencoba men

tanpa kabar. Ia yakin sesuatu telah terjadi di laut yang membuat ayahnya tidak bisa kembali tepat waktu. Dengan tekad yang kuat, Andi memutuskan untu

ang sudah cukup tua dan bijaksana, melihat wajah cemas Andi dan langsung merasa khawatir. "Ada apa, Andi? Kenapa wajahm

t seperti biasa, namun tidak ada kabar sama sekali. Ibu sangat khawatir, Pak," kata Andi dengan suara yan

elayan, dan jika ada sesuatu yang terjadi di laut, itu bisa sangat berbahaya. "Baik, Andi. Terima kasih sudah data

Pak Ruslan. Mereka menyusun rencana untuk mencari keberadaan Pak Ruslan di laut, dengan memperhatikan kondisi cuaca yang ba

a masih merasakan kecemasan yang mendalam. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya, dan bayangan buruk terus mengganggu pikirannya. An

Hasan katakan?" Andi mencoba tersenyum, meski hatinya masih penuh dengan kecemasan. "Pak Hasan sudah me

lamat dan segera pulang. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan tanpa dia," katanya pelan. Andi, ya

berlayar menggunakan perahu-perahu mereka, mengikuti jalur yang biasanya dilalui Pak Ruslan. Harapan mereka adalah menemuka

hnya selamat dan segera kembali ke rumah. Sementara di pulau yang jauh, Pak Ruslan yang terdampar di tengah keterasinga

dan Pak Ruslan yang berjuang untuk bertahan hidup di pulau yang asing. Namun, harapan tet

slan di lautan yang luas, berlayar dari pagi hingga sore setiap hari, berharap menemukan jejaknya. Mereka menyusuri jalur yang biasanya

reka berusaha tetap kuat dan menunggu kabar baik. Setiap malam, mereka berdoa dengan penuh harap agar ayah mereka selamat dan segera kembali.

rasa bahwa mungkin Pak Ruslan sudah tidak bisa diselamatkan. Namun, harapan kecil masih ada di dalam hati mereka. Salah seorang nelayan, Pak Johan, yang juga ikut dalam pencarian,

jika Pak Ruslan masih hidup, mungkin ia terdampar di salah satu pulau yang lebih terpencil, yang sulit dijangkau. Setelah berlayar sekitar beberapa jam, Pak Johan melihat sebu

coba memastikan apakah itu benar-benar manusia atau hanya bayangan. Ketika perahunya semakin dekat, matanya terbelalak melihat sosok itu dengan je

khirnya kami menemukannya!" seru Pak Johan dengan penuh kebahagiaan. Pak Ruslan yang sudah hampir tidak punya kekuatan untuk berbicara

rdengar, tetapi Pak Johan bisa menangkap kata-kata yang sanga

. "Jangan khawatir, Pak Ruslan. Kami sudah mencarimu

Saat Pak Ruslan duduk di perahu, ia merasa tak percaya akhirnya ia ditemukan. Keadaan tubuhnya yang sangat lemah membuatnya sulit ber

-hati, karena Pak Ruslan masih sangat lemah. Pak Johan memberi waktu bagi Pak Ruslan untuk beristirahat di perahu, memberinya air kelapa untuk melepas

naknya, yang sejak pagi menunggu dengan penuh harap, segera berlari ke pantai begitu mereka mendengar suara perahu

but dengan pelukan hangat dari istrinya. "Sayang, alhamdulillah, kamu selamat!" Ibu Siti men

sangat lemah, ia merasa lega bisa kembali ke rumah, ke keluarga yang sangat ia cintai. Ia merasa terharu melihat wajah-wajah yang

ngat lelah. "Maafkan ayah," katanya dengan sua

ata kebahagiaan. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, sayang. Ya

an, meskipun perjalanan hidup masih penuh tantangan. Tetapi sekaran

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka