NIKAH DADAKAN DENGAN DOSEN BRENGSEK
perti putri sendiri. Aku ini cuma anak yatim yang tinggal di gubuk kecil be
an memaksaku untuk bangun. Aku tidak boleh malas-malasan. Emak harus ku bahagiakan. Apala
memberi aku nafas serta kehidupan yang aku syukuri, aku
rja jadi tukang cuci di rumah tetangga yang mulutnya seperti speaker rusak, aku harus berhasil. Bukan
it emak, aku pamit. Kalau tidak pamit, bisa-bisa
tuk mencium pipi
r karena keringat yang m
usam di pergelangan kirik
u, aku berlari sekuat tenaga. Tidak ada waktu untuk s
yang sibuk nongkrong bersama geng masing-masing.
Main tabrak aja!" teriak s
itu berarti siap jadi bahan ledekan. Aku tidak peduli dan tidak merasa perlu minta maaf.
nya terhadap mahasiswa seperti aku,
aku tetap berlari. Aku harus tiba di
ternyata si dosen belum datang. Dengan cepat, ak
u diri. Dosen brengsek maut itu tidak bisa diajak bercanda. Kalau nek
n, sukses membuat para mahasiswi menjerit dalam hati. Kecuali aku. Kalau merek
ilet kampus, aku mendengar seorang cewek bilang, "Aku rela
ia belum tentu mau sama kamu." Kalau aku ngomong begitu d
uruhku presentasi materi kemarin. Gawat! Aku belum baca ulang
anyaku dengan
ku mengumpat, tapi takut dosa. M
rik catatan yang untungnya kemarin sudah ku tulis lengkap. Ini
nyaan. Pertanyaannya satu, tapi jawabannya bercabang ke mana-mana. Aku te
ab. Rasanya seperti menjadi asisten dosen tanpa diba
anak orang kaya, giliran maju. Kukira dia bakal diperlakukan lebih baik. Ternyat
dari dosen maut. Untung wajahku biasa saja
dosen maut melontarkan kalimat yan
u otak saja tidak dipakai? Belajar itu
kantin bekerja. Lumayan, uangnya bisa membantu kebutuhan hidupku. Meski
elompok junior dan ber
menjawab sambil tertawa
tawanya yang menyebalkan. Rasanya tangan ini ingin melay
eka selesai. Baru saja aku hendak ke
la
ambu