Ibu Tiriku PSIKOPAT
itu membuka pintu balkon , melangkah ke balkon, kemudian melepaskan sepasan
...BRU
enza berdiri tegak di balkon. Tatapannya didukung ekspresi wajah
KU .! JANGAN BAW
i mulut mungil Amore Cardozo Pienza. Tuan Alessandro Pienz
emosi menghadapinya karena dia belum tahu
pasto
arik nafas dalam-dalam, mobil-mobil mul
rgi membaw
elum paham jika mamanya meninggal dan papanya pun tidak menjelaskan karena juga tenggelam dalam kesedihan. Dengan wajah tertunduk dan langkah lemas , ia kembali masuk ke kamar. duduk di lantai dekat tempat tidurnya , memeluk lututnya. Matanya tidak lepas dari foto nyonya
sis l
janji tidak rewel memakai k
K..KN
di lantai kamar sambil memeluk kedua
Pienza , bole
mpuan seraya melon
ma.
is dan mengangguk sembari m
aaaa
nza sembari berlari ke
berisik, Amore C
embari mengunci pintu
..aku tidak
latkan matanya dengan sempurna. Ia memir
a kembali. Terus aku janji tidak rewel me
ata berbinar-binar. Perempuan itu duduk di
an kening mama. mama tidak bangun sampai peti di tutup terus
an memeluk erat Amore Car
ang ajaib di peti itu
ngan nada suara pelan, peremp
k mau lari waktu
Pienza membuat perempuan itu menarik nafas dalam-
za apakah kamu mau
idak bisa menutup ke
Aku mau di sa
o Pienza dengan na
melihat orang jahat
i menyandarkan kepala Amor
Apa mama lupa kalau sebelum
ang-goyangkan kepalanya. perempua
., Amore Car
, ma. Kubuka
ntik. bukala
pangkuan perempuan itu dan mereka berdua
Ada kaos kaki , gaun,
iam , jang
Pienza termenung me
ore Cardoz
mpuan itu membuat gadi
alu bicara seperti
ng menatap indahnya s
a. Aku tidak bicara p
Pienza dengan menga
orang jahat itu
ik itu dengan suara
itu , ma. Yang laki
ingnya mendengar perkataan gadi
amu mau di sayang Tuhan , mak
ore Cardozo Pienza pun menc
an jangan bicara pada siapa pun agar ked
menatap lekat wajah
ra pada papa, teman-t
s berusia enam tahun itu
ara tentang kejadian di t
us coklat lalu di suapkan k
u bicara den
enza sembari m
anak cantik.!. Kamu hanya
cantik itu denga
amu dan siapapun juga jika mama datang
alanya dan memutar bola matanya deng
a kenapa
tersenyum la
kamu tidak di tusuk pisau, nak.!. Mama