Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali
alu dengan berat. Matanya kosong, menatap permukaan kopi yang berwarna hitam pekat, namun tidak mampu mengusir kekosongan di dalam dirinya. Hatinya sud
antuinya. Mimpi yang sama: Arya, suaminya yang dulu, dan Dinda, mantan istri yang selalu menjadi bayangan tak terjangkau, berdiri berdampingan. Saling memandang, saling berbicara, saling
ul
ya langsung menegang. Ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang baru saja memangg
ya yang masih tegap. Namun kali ini, ada yang berbeda. Matanya lebih lelah, lebih gelap, dan ada kerut di dahinya yang menunjukkan betapa banyaknya
ar di suaranya. Ia merasakan ada rasa sakit yang terpendam, na
sikap yang mencoba terlihat tenang. Namun Aulia tahu, ada sesuat
kata Arya, nadanya rendah
gi, Arya. Semua sudah selesai." Suaranya terdengar datar, meski hatinya berteriak sebaliknya. Bagaimana mungkin ia bisa berpur
itu dalam dan penuh penyesalan. "Aku tahu aku... aku
kata itu terucap, namun tak pernah menyembuhkan luka yang semakin dalam. Ia hanya bisa memandang Arya dengan tatapan kosong. "Kau menyesal?" ucapnya pel
kesalahan besar. Aku terlalu lama terjebak di masa lalu. Aku
angan masa lalumu?" Pertanyaan itu seperti pisau yang tajam, melukai tanpa ampun. "Aku selalu tahu, sejak awal, bahwa aku bukan piliha
ak tahu bagaimana caranya untuk menghapus Dinda dari pikiranku. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mencintaimu sepenuhnya saat ha
ing didengar, tetapi kali ini, entah kenapa, terasa sangat nyata. "Kembali bersama?" ucapnya dengan suara yang nyaris tidak terdengar. "Setelah semuanya, kau
k bisa mengubah apa yang telah terjadi. Aku tahu itu. Aku hanya ingin kesempatan kedua, Aulia.
a Aulia, menatap Arya dengan mata yang mulai memerah. "Kau mencintaiku? Di saat aku merasa sepe
r-benar bisa melepaskan Arya, meskipun ia ingin sekali. Mungkin ia akan selalu mencintainya, bahkan setelah semua yang telah terjadi. Tapi sa
ku sudah terlalu terluka. Aku tidak bisa kembali, dan aku tidak bisa memaafkan semua ya
Tapi Aulia sudah membuat keputusan. Ia sudah cukup merasakan sakit i
h terdiam di tempatnya. Langkahnya tegap, meski hatinya hancur. Saat pintu kafe itu tertutu
embali menjadi bayangan dalam hidup seseor