Terjebak Gairah Terlarang
gnya. Ibu jariku memberikan tekanan yang lebih dalam, mencoba meredakan keteganga
ormal. Seorang pemuda di puncak vitalitas yang tiba-tiba disuguhi pemandangan seorang wanita cantik
gungnya, sesekali kucuri pandang ke arah samping, dan sekilas lekuk tubuhnya yang menggairahkan itu tertangkap mata. S
engakhiri siksaan yang memabukkan ini. Aku butuh kepasti
t yang baru tante. Cara mijat jaman now," uca
baru? Seperti apa?" tany
a?" Aku menawarkan, jan
ab Tante Namira, tanp
ndekat. Dan kemudian, tanpa ragu lagi, aku mengecup punggungnya yang terb
ya yang halus dan hangat di bibirku mengirimkan gelombang keju
ta protes yang keluar dari bibirnya. Keheningan ini, ent
ncium. Memulai dari bahu kirinya, merasakan kelembutan kulitnya di
mungkin karena geli atau mungkin karena sensasi lain
an itu, menghirup aroma tubuhnya yang memabukkan. Karena masih t
tangan kananku menyelinap di paha Tante Namira. Ku
nku salah. Tante Namira tetap tak bereaksi. Ia membiarkanku membelai pahanya, merasakan lekuknya yang mengg
sinyal bagiku untuk berani melangkah lebih
tuh payudaranya yang pasti terasa kenyal dan lembut? Atau menjelajahi area sensitif di an
emutuskan untuk bermain aman, bergerak perlahan tapi
inggangnya. Aku mengecup pinggang sebelah kana
geli J
w" yang nakal ini. Ia tertawa kecil, kegelian ketika bibirku mencium pinggangnya. Karena geli, tubuhnya ber
hnya yang paling pribadi, menyembunyikan payudar
ernyat
an yang membuat napasku tercekat. Payudaranya yang montok, dengan puting yang menantang, tersembul jelas di balik dadanya. Dan
ni di perutnya yang masih rata. Lidahku ikut bermain, menjilati kulit perutn
n kecil lolos dari bibirnya. Ta
dara kirinya. Kulitnya terasa sangat lembut di bibirku. Dengan hati-hati, bibirku mengitar
erikan sentuhan lembut yang membuatku semakin bergairah. Hanya sekadar
kan keindahan itu. Jemariku merayap di paha sebelah kanan, kulitnya sehalus sutra yang menggelinjang di ujung sentuhan. Sentuhan yang membangkitkan hasrat,
g. Jemariku bisa merasakan bulu halus yang tumbuh di antara kedua paha. Bulu-bulu lembut itu terasa menggelitik di
enturan dalam diriku. Apakah aku perlu melanjutkan aksi jemariku di lembah kenikmatan a
Aku memutuskan untuk melanjutkan, meski awalnya dengan sentuhan yang masih ragu. Perlahan jemariku hinggap di bagian di antara kedua p
u, menyentuh lipatan lembut, merasakan kehangatan yang menjalar, menyentuh daging dan "bibir" di bagian itu, dan terus ke atas, kembal
anji akan sentuhan yang lebih intim nanti. Sebuah permainan mengg
e puting payudara sebelah kanan. Sama seperti di bagian kiri, bibirku dapat merasakan kalau puting di sebelah kanan sudah me
yang memabukkan menyeruak, bercampur dengan sedikit parfum yang manis. Dengan lemb
adaku untuk mencium lehernya. Sentuhan bibirku membuatnya mendesah pelan, sebuah melodi indah yan
tangan kiri yang sejak tadi menganggur kini ikut beraksi. Jemariku itu merayap di perutnya yang rata, merasak
itu. Sebuah sentuhan yang sederhana namun memiliki
a jemariku. Tante Namira menarik napas dalam-dalam, desahannya kali ini terdengar leb
uh atau melewati, kini jari tengah dan jari manisku bermain dan mencari lubang di belahan itu. Sentuhan awal itu membuat Tante Namira sedikit mengangkat pinggulnya dari sofa, memberikan akses yang le