Alternatif Husband
tatapan Eve. Tangannya tampak menggenggam erat tepi jas hitam yang ia kenakan, seolah mencari pegangan
k. "Apa yang ingin kau katakan? Victor kenapa
gapa ia merasa seakan-akan lelaki di hadapann
Dimana Victor be
nerobos masuk dari kaca jendela. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata pelan, "Victor... Dia menghi
olah berusaha menahan perasaan yang mulai meledak. Ia melangkah mundur setengah, tubuhnya terasa lemas. Di belakangnya, bunga
ya berkaca-kaca, mencerminkan ketidakpercayaan
a. Wajah-wajah mereka berbisik pelan, menciptakan latar belakang yang semakin membuat Eve
it terangkat seolah ingin menenangkan, teta
kami akan segera melangsungkan pernikahan, dan kamu suruh saya tenang-tenang saja!" Air mataengah langkah, suaranya lebih rendah, nyaris seperti bisikan. "Sa
si yang hampir meledak. Ia menyeka air matanya dengan punggung tangan, nap
tu perlahan berubah sendu dan terlihat penuh penyesalan. Dengan suara yang terb
dia selesaikan sendiri. Saya tidak tahu apa itu. Setelah itu, dia tidak merespons telepon maupun pesan apa pun. Mama panik. K
pada wajah lelaki itu, sementara jari-jarinya mencengkeram lipatan gaun putihnya hingga berkerut. Udara dingin di gere
ngambil langkah ini." Vincent berhenti sejenak, suaranya bergetar oleh rasa bersalah yang tak bisa ia sembunyika
an semua tahu dia tidak akan datang? Lalu kalian pikir solusi terbaik adalah membuatku pe
lihan. Mama memintaku-tidak, memaksaku-melakukan ini. Keluarga kami punya banyak tamu p
ng kau pedulikan hanya nama baik keluargamu? Bag
ng, tamu-tamu akan bertanya dan memandang rendah keluarga kami," Vincent menjelaskan dengan
an lelaki yang saat ini juga tengah menatap sendu ke arahnya. Ia mengalihkan pandangannya, wajahnya penuh rasa kecewa. Di kejauhan, lonceng gereja berbunyi samar, m
pala. "Ini tidak mun
rdenyut, pikirannya penuh dengan pertanyaan dan kemarahan yang menumpuk. Bagaimana mungkin Victor men
bunyikan dariku," pikirnya. Napasnya mulai berat, dan tubuhnya gemetar. Dun
aju, cemas. "Eve, k
k ada kata yang keluar. Tubuhnya m
gsung menangkapnya sebelum membentur lantai. Wajah
pipinya. Orang-orang di sekitar mulai bergerombol, ter
l meraih tangan Eve yang lemas. Ryan, yang tampa
tanya tajam. "Apa hub
gaimana menjelaskan situasi
g lebih nyaman dulu," ucap Ryan samb
di sebuah kamar di rumah dekat gereja. Ryan memastikan Evelyn nyaman
Aaron, mungkin lebih baik kita bicara di luar," katanya, suaranya tetap sopan
dari kerumunan. Ia menatap Vincent dengan dingin. "Apa
rasi. "Saya tidak tahu, Pak Aaron." Ia ha
u Victor benar-benar menghilang, ini bisa meng
kin berat. "Bagaimana ini? Kenapa jadi bertambah rumit begini? A
AMBU