Dekapan Gairah Mafia Kejam
g terasa lelah. Ia menarik napas panjang, merasakan
rbuka lebar. Ia segera menyadari bahwa tubuhnya tak ber
dengan suara serak, mengg
rasa nyeri, mengingat bagaiman
nya, tidak juga di sudut ruangan mana pun. Ia menggertakkan giginya,
kakinya menyentuh lantai dingin. Tubuhnya terasa pegal d
ah pelan ke arah kamar mandi. Ia hampir mencapa
Tok
a?" tanyanya, suaranya m
t tertunduk. Mereka mengenakan seragam pelayan berwarna hitam putih dengan celemek bersih ya
dengan suara ramah. "Kami adalah pelayan pribadi yang dip
tawa sarkastik. "Jadi sekarang dia mengirimi pelayan?
kan kepala sedikit lebih rendah
. Tuan Lorenzo meminta kami memastikan Anda meras
tangannya di dada, melupakan fakta
anda? Keluar dari sini! Aku
ka, tanpa menunjukkan tanda-tanda ingin pergi. Salah
um memastikan Anda siap. Tuan Lorenzo akan marah j
tapan tajam. "Dia bisa marah sesuka
k lebih muda, mencoba terse
Anda mengizinkan, kami akan mempersiapkan air mandi h
uhnya yang lelah membuatnya
. "Tapi jangan berpikir aku akan menganggap kebaik
jawab pelayan itu samb
ngat dan perlengkapan lainnya dengan cekatan. Isabella b
ya. "Air mandi sudah siap, Nona. Jika Anda membutuhkan
Akhirnya, ia mengangguk kecil dan berjalan menuju kamar mandi. Pelayan pertama mengikutinya sambil me
bak mandi tanpa mengatakan apa-apa yang tidak perlu. Isabella ingin memarahi merek
nya, mencoba me
ua perempuan yang dibawa Lorenzo?"
i hanya melayani sesuai perintah, Nona. Tuan Lorenzo j
pandangan penuh pertanyaan. "Apa maksudmu? Dia sela
berikan pendapat tentang kehidupan pribadi Tuan Lore
an apa pun. Ia membiarkan pelayan itu menyelesaikan tugasnya, se
di dengan tubuh yang masih sedikit lembap. Rambutnya menjuntai sampa
jang sambil memegang pakaian berwarna hitam.
jam, menunjuk pakaian
pak sedikit gugup. "Ini pakaian Anda, Nona. Tuan Lor
akaian itu dari tangan pelayan dan me
rti lingerie. Bahannya terbuat dari satin hitam yang lembu
, dengan tali tipis yang nyaris tidak bisa menutupi pundaknya.
akaian itu di tangannya, mencoba mencari sesuatu yang le
aafkan kami, Nona Isabella. Tapi ini satu-satunya pakaian yang
itu dengan tatapan tajam, lalu
zo, aku lebih baik tetap pakai handuk ini darip
icara dengan nada lembut. "Kami mengerti, Nona. Tapi Tuan Lorenzo sang
ri orang lain saja yang mau dipermalukan seperti ini
tapan Isabella. "Kami hanya menjalankan tugas,
nya yang memuncak. Ia berjalan mondar-mandir di kamar
benar-benar ingin mempermalukanku. Dia pikir d
seperti bisikan. "Kami tidak punya pilihan lain. Jika Anda tid
nya kencang, meledakkan seluruh k