Dekapan Gairah Mafia Kejam
ok di piring dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Tatapannya tak pernah lepas dari Isabell
at, sembari menyisipkan jemari ke rambut panja
menatapnya dengan alis b
nya tegas, tapi tidak terburu-buru. "Kau terlihat seperti
idih. "Kalau begitu, biarkan aku pergi! A
uh ejekan. "Pergi? Bella, jangan mimpi. Kau bahkan
emanggil seorang pelayan yang segera
andi!" perintah Lorenzo dingin. "
alankan perintahnya. Sementara itu, Isabella berdi
ngan bertingkah seolah aku ini bonek
tajam. Jarak mereka kini hanya beberapa inci
pnya perlahan. "Kau akan melakukan apa yang kuingink
aih pergelangan tangan Isabella dan
eru Isabella sambil mencoba melepaskan di
ju kamar mandi tamu. Setibanya di sana, pelayan sudah menunggu dengan pakaian bersi
" perintah Lor
enatap Lorenzo dengan wajah penuh
kan aku? Aku bisa me
harus benar-benar melaksanakan perintah tersebut. Namun, pria itu tetap
aktuku hari ini," katanya dingin. "Ka
tangannya. "Kau benar
i. "Aku hanya memastikan kau tak lari lagi. Dan jangan pikir
ak ada gunanya. Dengan langkah berat, ia berjalan masuk ke kamar mandi, melewati pe
ak akan lari," katanya denga
t alis, seolah perkataa
menit," ujarnya si
erasa seperti kehilangan kendali atas hidupnya, tapi untuk saat ini, i
akan dipakai Isabella. "Nona, apakah Anda membutuhkan
u," jawab Isabella ketus
ilang. Ia tahu, keluar dari kamar mandi nanti berarti kembali berhadapan denga
ncul. Ia tahu Isabella marah, tapi ia juga tahu wanita itu tidak akan bisa lar
embersihkan diri. Pintu kamar mandi berdecit pelan saat terbuka, memperlihatkan Isabella yang
at lebih berkilau, sementara rambut basahnya menjuntai ke pu
atapan dinginnya segera menghantam Lorenzo, yang berd
matanya dengan segera tertuju pada Isabella. Ia tidak berusaha
angannya terlipat di dada, mencoba menutupi dirinya. "
tai, tangan di sakunya, matanya tetap tertuj
rendah yang sedikit menggoda. "Setidaknya,
itan handuknya. "Kalau sudah selesai, keluarlah dari sini. Aku butu
beberapa langkah di depan Isabella. Tatapan matanya seperti menelusuri wajah I
melebar, membuat Isabella m
ngar lembut tapi penuh makna. "Terlalu kecil untukmu
pilihan, kan? Kau menyuruh pelayan itu membawa pakaian, tapi mer
aku bermain-main denganmu." Ia mendekat lebih jauh, hingga jaraknya hanya beberapa inci
lla dengan lembut, membuat wanita itu semakin membeku di tempatnya. Ia membungkuk sedikit, m
uh?" bisiknya. "Aku hanya mencob
, jengah. "Aku tidak akan pernah merasa
ndur, memberinya ruang. Namun, matanya tetap t
hand
e