Nikah Siri : Cinta Dibalik Bayang-Bayang
andang, kini sudah hampir dingin, tak ada satu pun yang bisa menghangatkannya. Aku duduk di sofa dengan tubuh kaku, pikiran berputar-putar, terjebak dalam kebingunganku. Dimas, suamiku, s
di layar. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengangkatnya. "Dimas?" suarak
ita perlu bicara," jawabnya, suaranya terdengar tegang, berbeda dari biasanya. Ada sesuatu yang
anyaku, berusaha menahan kepan
ikan lain di latar belakang, suara lembut yang terasa asing.
buruk semakin membebani otakku. Aku tidak tahu mengapa, tapi hatiku sudah bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang sangat salah
etegangan yang jelas di wajahnya, dan di sampingnya, berdiri Nadia-sahabatku, yang sejak awal sudah kuanggap sebagai teman dekat, s
rsama di sana. "Kalian berdua..." aku hampir tak bisa mengucapka
penyesalan. "Rina," katanya dengan suara pelan. "Kita h
ng. "Bicara tentang apa?" jawabku, mencoba menyembunyikan ketakutanku di balik
Rina," suara Nadia mulai terdengar pelan, "aku tahu ini
merasa dunia tiba-tiba berhenti berputar. "Apa?" aku bergumam, hampir tak percaya
tkan kalimatnya. "Kami menikah, Rina," katanya dengan suara se
enikah diam-diam dengan sahabatku, Dimas?" Aku merasa tubuhku mulai bergetar, dan mulutku
rjebak," katanya, suaranya penuh penyesalan. "Aku tak tahu harus bagaimana, tapi yang jelas, ini bukan keputusan
hatiku. "Jadi, ini semua demi anak?" ujarku dengan nada kecewa. "Kamu memilih dia, Dimas,
erkesan hampir tidak terdengar. "Rina, aku tahu ini salah. Tapi aku-kami tak bisa menguba
bukan?" tanyaku, suaraku bergetar karena menahan emosi yang meluap-luap. "Kalian berdua sudah merencanakan
lagi mendengarnya. Aku merasa perasaan itu sudah menghilang. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. "Aku
am. "Aku... aku tidak bisa terus seperti ini. Ak
berat, seolah bebannya semakin menekan dada. Aku menutup pintu kamar dan merosot ke lantai, terisak. A