icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
SAAT KAU BERPALING

SAAT KAU BERPALING

icon

Bab 1 Kehangatan yang Mulai Pudar

Jumlah Kata:1099    |    Dirilis Pada: 26/11/2024

sibuk menyiapkan sarapan. Namun, ada yang berbeda. Suasana pagi yang dulu penuh canda tawa dan obrolan ringan kini terasa he

, ya?" Ardi mem

angkat al

alau dulu, setiap pagi kita selalu ngobrol tentang kerjaan,

a siapkan. Ardi menatapnya dengan penuh perhatian, mencoba membaca ekspresi M

amu nggak seperti biasanya,

m itu tampak dipaksakan. "Tidak, aku

na cara mengungkapkannya. Sudah beberapa hari belakangan ini, Maya menjadi semakin pendiam

u untuk ngobrol lebih banyak. Aku nggak mau kamu

pandangannya. "Aku hanya butuh waktu untuk

ungkin Maya hanya butuh ruang untuk menenangkan diri. Namun, di dalam hati Ardi, kecemasan

gkat ke kantor. Maya lebih cepat selesai dan berdiri di de

rasa kita perlu bicara tentang apa yang te

mnya tak sebesar biasanya. "Mungkin

ut, "Janji?

di dengan mata yang agak menghind

cepat. Ardi berdiri di sana, merasa ada sesuatu yang tak beres, namun ia mencoba untu

i berubah, meskipun Maya belum mengatakannya secara langsung. Dulu mereka selalu berbagi segala hal, tapi

ya membuatnya sibuk kini terasa sepi. Pikiran tentang Maya terus menghantui. Setiap kali ia mencoba

las. Ardi mulai merasa cemas, meskipun ia mencoba mengabaikan pera

tidak tenang. Seiring perjalanan pulang, pikirannya berputar-putar tentang apa yang terjadi dengan hubungan me

u, seperti biasa. Namun, yang ia temui hanya keheningan. Ruang tamu terlihat kosong. Ia mendekati

t nama Maya muncul sebagai pengirim pesan. Ia membuka pesan itu dengan

ang malam ini. Ada urusan

uah perasaan aneh merayap naik, seperti ada sesuatu yang ia lewatkan. Kenapa Maya tidak memberitahunya

pergi ke tempat yang biasa mereka kunjungi bersama untuk mendapatk

n lain menikmati waktu mereka, tertawa dan berbicara. Namun, semua itu terasa

ali setiap momen yang pernah mereka habiskan bersama. Mereka tidak pernah membiarkan satu hari berlalu tanpa berbic

bergetar lagi. Kali ini, bukan dari

mau gue omongin

an itu sebentar

di m

t kemudian, D

lam ini. Gue rasa

rang? Mungkin ini bukan kebetulan. Mungkin Dimas tahu sesuatu yang ia tidak

iba di kafe yang sama. Dimas sudah duduk

Dimas bertanya b

Ardi membalas dengan ragu, merasa ada sesu

orang yang bawa kabar buruk, Ardi. Tapi... lo har

rti petir yang menyambar kepalanya. "Apa? Apa maksud

erapa hari terakhir, gue lihat Maya sering keluar sama cowok l

ruh kebenaran yang selama ini ia rasakan mulai runtuh. Dimas mencoba meyakinkan Ardi bahwa ia hany

t, Dim?" Ardi akhirnya bisa mengeluarkan s

ggak tahu. Gue cuma pengen lo tahu sebelum lo

mulai berembun. Maya,

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka