SAAT KAU BERPALING
sibuk menyiapkan sarapan. Namun, ada yang berbeda. Suasana pagi yang dulu penuh canda tawa dan obrolan ringan kini terasa he
, ya?" Ardi mem
angkat al
alau dulu, setiap pagi kita selalu ngobrol tentang kerjaan,
a siapkan. Ardi menatapnya dengan penuh perhatian, mencoba membaca ekspresi M
amu nggak seperti biasanya,
m itu tampak dipaksakan. "Tidak, aku
na cara mengungkapkannya. Sudah beberapa hari belakangan ini, Maya menjadi semakin pendiam
u untuk ngobrol lebih banyak. Aku nggak mau kamu
pandangannya. "Aku hanya butuh waktu untuk
ungkin Maya hanya butuh ruang untuk menenangkan diri. Namun, di dalam hati Ardi, kecemasan
gkat ke kantor. Maya lebih cepat selesai dan berdiri di de
rasa kita perlu bicara tentang apa yang te
mnya tak sebesar biasanya. "Mungkin
ut, "Janji?
di dengan mata yang agak menghind
cepat. Ardi berdiri di sana, merasa ada sesuatu yang tak beres, namun ia mencoba untu
i berubah, meskipun Maya belum mengatakannya secara langsung. Dulu mereka selalu berbagi segala hal, tapi
ya membuatnya sibuk kini terasa sepi. Pikiran tentang Maya terus menghantui. Setiap kali ia mencoba
las. Ardi mulai merasa cemas, meskipun ia mencoba mengabaikan pera
tidak tenang. Seiring perjalanan pulang, pikirannya berputar-putar tentang apa yang terjadi dengan hubungan me
u, seperti biasa. Namun, yang ia temui hanya keheningan. Ruang tamu terlihat kosong. Ia mendekati
t nama Maya muncul sebagai pengirim pesan. Ia membuka pesan itu dengan
ang malam ini. Ada urusan
uah perasaan aneh merayap naik, seperti ada sesuatu yang ia lewatkan. Kenapa Maya tidak memberitahunya
pergi ke tempat yang biasa mereka kunjungi bersama untuk mendapatk
n lain menikmati waktu mereka, tertawa dan berbicara. Namun, semua itu terasa
ali setiap momen yang pernah mereka habiskan bersama. Mereka tidak pernah membiarkan satu hari berlalu tanpa berbic
bergetar lagi. Kali ini, bukan dari
mau gue omongin
an itu sebentar
di m
t kemudian, D
lam ini. Gue rasa
rang? Mungkin ini bukan kebetulan. Mungkin Dimas tahu sesuatu yang ia tidak
iba di kafe yang sama. Dimas sudah duduk
Dimas bertanya b
Ardi membalas dengan ragu, merasa ada sesu
orang yang bawa kabar buruk, Ardi. Tapi... lo har
rti petir yang menyambar kepalanya. "Apa? Apa maksud
erapa hari terakhir, gue lihat Maya sering keluar sama cowok l
ruh kebenaran yang selama ini ia rasakan mulai runtuh. Dimas mencoba meyakinkan Ardi bahwa ia hany
t, Dim?" Ardi akhirnya bisa mengeluarkan s
ggak tahu. Gue cuma pengen lo tahu sebelum lo
mulai berembun. Maya,
ambu