MAWAR EMAS SANG PEWARIS
ir emas, lampu gantung kristal, dan deretan pelayan yang siap melayani set
pannya, seorang pria muda berjas abu-abu tersenyum tipis. Dewa Arya, calon suaminya,
imana menurutmu tentang rencana ini? Pernikahan ki
na-tampan, kaya, dan berwibawa. Tapi baginya, Dewa adalah
epat," jawab Lily singkat,
membahas ini. Perjodohan ini bukan hanya untuk keluarga kita,
depan siapa yang kau pikirkan sebenarnya, Ay
mpali dengan nada penuh keyakinan.
buat Lily semaki
ambil mencatat sesuatu di iPad-nya. Pandangannya sesekal
nuju balkon di lantai atas untuk menghirup udara segar. Ia berdiri di s
han, membawa secangkir t
s. "Terima kasih, Rehan. Kau se
ahun, dan selama itu pula ia memahami sisi lain dari wanita pewar
malam ini," ujar Rehan
ily menjawab sambil menatap cangkir tehnya. "Semua ini..
uk menemukan kebebasan, kita harus mengambil risiko.
angatkan hati Lily,
Wijaya, sudah menunggunya. Wajah ibuny
ijaya, mendekati putrinya. "Kami tidak ingin kau merasa ter
ah kau bahagia dengan semua ini? Hid
aat, ia menjawab dengan lirih, "Kebahagiaan sering kali datan
Setelah ibunya pergi, ia duduk di tepi ranjangnya, m
t untuk rencana mereka? Tidak, aku ha
a berdiri di depan cermin kamarnya, menatap bayangannya sendir
i pintu membuya
" ujarn
ehati-hatian. "Maaf mengganggu, Nona. Tapi saya pikir
tanya Lily,
aruh map itu di meja. "Saya rasa Anda perlu tah
an, bagaimana kau b
gas saya, Nona. Saya bekerja u
n terperinci memenuhi halaman-halaman di dalamnya. Ia membaca den
jelas? Perusahaan-perusahaan cangkang? Apa ini a
gan aktivitas yang mencurigakan di luar negeri. Saya pikir, perjodohan i
bisius, tetapi ia tak pernah membayangkan bahwa m
oal ini?" tanya Lily
Tapi saya yakin, mereka hanya melihat pel
aku hanya alat, ya? Untuk memba
h mengapa saya menunjukkan ini. Anda memiliki hak untuk memut
mbuk bagi Lily. Ia menut
ehan," katanya dengan nada penuh tekad. "Tapi aku tidak bisa terbur
pun keputusan Anda. Tapi berhati-hatilah.
h, Rehan. Tanpamu, aku mungkin sud
a yang ia inginkan-kebebasan, cinta sejati, dan kendali atas hidupnya sendiri. Namun, untuk
Wijaya terasa belum usai. Di ruang kerja, Pak Wijaya du
mbil mengetuk-ngetuk meja dengan jari. "Dia har
ktu, Mas. Bagaimanapun, pernikahan ini bukan k
dah memberikan semua dukungannya untuk proyek merger ini.
akapan itu dari tangga, merasakan hatinya seperti dir
uang makan pagi dengan langkah mantap. Pak Wijaya sudah duduk di sana, diteman
anya tegas. "Aku ingin mem
"Apa lagi yang ingin kau bicarakan,
bagiku. Aku tidak setuju deng
menegur pelan, teta
hanya ingin menggunakan kita untuk kepentingannya sendiri.
y? Kau hanya gadis yang tumbuh di bawah perlindungan kami! Kalau kau menolak
g sudah kau bangun di atas kebahagiaanku?" suar
yang berani bergerak, bahkan para
ana. "Lily, kami hanya ingin yang
tu bukan yang terbaik untukku," ujar Lily, suaranya mulai melembut, tetapi tetap teg
Cinta tidak akan membuat keraj
rah. "Kalau begitu, mungkin aku tida
alik dan pergi, meninggalkan kehe
ntuk perjalanan pagi. Melihat wajah Lily yang tampak kusut, R
dak. Tapi aku tidak peduli lagi.
nghadapi badai besar, tetapi ia memutuskan unt
y memandang keluar jendela, pikirannya
anggilnya
, N
aku, apa yang ak
um menjawab. "Saya akan bertarung, Nona. Meski itu b
emua kekacauan ini, ia tahu satu hal pasti: ia
ambu