Ipar adalah Maut Pernikahan
. Ia tahu kehadiran Raihan di dekatnya terus mengguncang emosinya. Sementara
pikirannya terus melayang pada kata-kata Raihan di dapur tadi. Ia merasa takut sekali
ihan namun menghapusnya berulang kali. Namun tib
u bicara. Jangan a
ini salah, namun tangannya seolah
sekarang, Mas
dari Raihan mas
enunggu di taman kota. Datangla
di meja samping tempat tidur. Ia tahu ini bukan keputusan yang bijak, n
*
wa ia ingin membeli bahan masakan di pasar. Galih, sepe
ji dengan klien siang ini, jadi nggak bisa anta
t sebelum meninggalkan rumah
wah pohon besar. Pria itu terlihat resah, memainkan cincin di jarinya. Ketika me
nya, suaranya renda
dapannya dengan jarak aman. "Mas, ap
ti ini, Dian. Aku tahu apa yang kita lakukan salah. Tapi a
a bergetar. "Aku sudah merasa bersalah setiap hari. Kalau Lara
ndekat, membuat Dian semakin terpojok. "Kamu pikir aku nggak merasakan hal yang sama seperti kamu
galir di pipinya. "Mas, aku mohon
ngan lembut. "Aku cuma butuh kamu, Dian. Aku tahu ini
erhenti ketika sebuah suar
Rai
ri mereka. Wanita itu duduk di kursi rodanya, ditemani seora
yembunyikan keterkejutannya.
i, tapi kenapa kamu di sini bersama
kan wajahnya yang masih basah oleh air mata. "Aku... aku ke
ia tidak berkata apa-apa lagi. "Ayo pulang, Mas. A
ebelum mengangguk pada istrin
tahu situasi ini semakin berbahaya. Jika Laras mulai curig
*
dari kegelisahan istrinya. Setelah makan
nya sambil duduk di tepi ranjang. "Kamu ada masal
oba tetap tenang. "Nggak, Mas. Aku
a, aku harap kamu bisa jujur sama aku, Dian. Aku
hatinya, ia tahu bahwa kata-kata Galih adalah peringatan. Rah