Ipar adalah Maut Pernikahan
g tengah bersama Galih, yang akhirnya pulang lebih awal setelah berminggu-minggu sibuk di lu
an baginya, namun yang ia rasakan justru tekanan luar bias
anggil Laras dari ruang tenga
enghampiri mereka, mencoba menutupi kegel
dengan senyum singkat. "Maaf aku jarang di rumah, Di
um. "Nggak apa-apa,
gaya santai, ia masuk sambil membawa beberapa dokumen. "Galih, ini lapor
Raihan, namun tatapan pria itu terlalu sulit untuk diabaikan. Ada kehangatan yang hanya mer
anya Raihan tiba-tiba, memb
ertanyaan itu. "A-aah... belu
upa makan, ya," ujar Raihan, senyumn
ngangguk pelan. "Iya, betul kata Mas Raihan
egas kembali ke dapur. Namun langkahnya
soal acara ulang tahun Mama
ab Dian singkat sebelum benar-
*
di dekatnya selalu membuatnya merasa di ambang kehancuran. Ia mencobintu di belakangnya. "Dian, kita perl
sini!" bisik Dian panik
ga jarak mereka hanya beberapa inci. "Aku nggak bisa berhenti miki
ih Dian, matanya mulai berkaca-kaca.
akinkannya. "Dian, aku serius sama kamu. Aku tahu ak
gkah kaki terdengar mendekat. Mereka segera berj
n tatapan penasaran. "Kalian ngobrol apa di sini?" tanyanya, nad
harus makan," jawab Raihan cepat, berusah
apa pun. "Iya, aku juga bilang gitu
, senyumnya kaku. "Ak
semua ini adalah awal dari badai besar