icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

SUAMIKU SAINGANKU

Bab 4 Bayangan di Antara Kita

Jumlah Kata:1047    |    Dirilis Pada: 17/11/2024

terngiang di kepalaku, membayangi setiap langkahku. Berbicara tentangnya seolah tak pernah ada uju

emu dengannya, bagaimana dia tanpa ragu menawarkan bantuan ketika aku kebingungan mencari kelas. Sejak saat itu, perhatian-perhatiannya ta

pikiranku. Cara dia dengan mudah menyuapiku dan tatapan hangatnya saat aku merasa lemah tadi... ap

ku sendiri, suara keluhanku tereda

asa yang sulit aku pahami. Tapi aku tersentak, diingatkan oleh kenyataan pahit yang tak bisa aku

aimana aku bisa tetap bersikap biasa di sekolah, menjalani hari-hariku seperti tak ada yang

u sendiri. Di sekolah, kami tampak seperti musuh. Di rumah

ong?" tanya Silvia

tersenyum, meski tidak b

kepalaku. Hari ini adalah pelajaran Matematika, dan aku tahu

aikan soal di papan tulis ini?" Pak Arya,

gu, aku mengangkat tangan bersamaan dengan Arga. Aku tahu dia juga melih

ta lihat siapa yang bisa menye

elahku, tatapan dinginnya tidak pernah meninggalkan soal. Dia selalu begitu, tenang, dingin,

ingan final yang ditunggu-tunggu. Suasana kelas mendadak sunyi. Hanya ada

umamku pada diri sendiri

ir menyelesaikan langkah terakhirnya. "Tidak mungk

kkan kapur, menoleh ke arahku dengan

beberapa detik setelahnya,

a detik yang terasa seperti selamanya, sebelum akhirnya beliau ang

i ini kau menang, Arga," aku membatin. Ta

Arga benar, aku tahu tidak ada yang sempurna. Mata ini sudah terlatih untuk mencari celah

berjalan ke papan tulis dan mencoret satu angka ke

rangkat. Tatapannya masih dingin, tetapi

" katanya deng

retanku. "Angkamu salah di sini. Seharusnya 0,8, bukan 0,9. K

menyipit sesaat sebelum akhirnya dia m

h," gumamnya tanpa menatapku

sedikit. "Bukannya cari masalah, aku hanya... membant

anpa memberi ruang untuk perde

ahnya sedikit, merasa lebih b

alu kembali fokus pada b

ggu, bersaing, tapi tak pernah benar-benar selesai. Aku kembali ke tempat dudukku, masih dengan se

begitu hening. Mungkin seharusnya aku bicara,

alan menuju pintu depan dengan langkah yang sama, tapi dengan jarak yang terasa begitu jauh.

bu Arga sudah duduk dengan tenang, mertuaku yang jarang sekali berkunjung. Pandangannya la

?" Arga langsung bertanya, sua

ga dan ibunya memang tak pernah memiliki hubungan yang hang

rdua, jadi..." ibunya mulai berbicara dengan nada lembut,

bil menaiki tangga, tak sedikit pun meno

rus berkata apa. Ibu Arga menatap ke arahku dengan senyum tipi

saja?" tanyanya, menco

uasana tegang yang ditinggalkan oleh Arga. Sungguh, hidup dengan seorang s

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka