ANTARA JANJI DAN DUSTA
r meja. Suasana rumahnya begitu hangat, penuh tawa dan kebahagiaan yang terasa begitu nyata. Istrinya, Amara
ta lembut, menyodorkan potongan roti ke mulut
menepis roti itu. "Aku mau jus jeruk, Mama!" katan
elus kepala Fira. Lalu, ia beralih ke Reza. "Reza, coba lihat anak
yang penuh kebahagiaan. Tak ada yang tahu, di balik senyum itu, ia menyembunyik
gan nada lembut. Ia menunduk, mencuri pandang ke ponselnya yan
iap pagi sebelumnya, sibuk mempersiapkan anak-anak untuk pergi ke sekolah. Reza
sebentar, Amara," katanya dengan cepat. Ia bangkit dan perg
erlambat!" teriak Amara da
pkan. "Aku akan ke kantor lebih cepat hari ini.
i sunyi. Reza menghela napas, lalu kembali meli
ara. Ini semakin tida
am hidupnya. Hatinya berdegup kencang. Setiap kali melihat nama Maya di la
yang ia temui setahun lalu, kini bukan hanya sekadar pelarian dari rutinitasnya yang membosankan. Maya ad
, menyapanya dengan senyum ramah. "Selamat pagi, Pak Rez
diri," jawab Reza dengan suara sedikit serak. Ia berjalan menuju m
elnya bergetar lagi. Pesa
ja. Aku bisa mengungkap semuanya,
n ada juga perasaan yang lebih sulit dijelaskan-perasaan terjebak dalam s
. Tapi bagi Reza, dunia seakan mulai berputar terlalu cepat, sei
mnya, seolah berbicara pada dirinya s
nnya dengan Maya semakin mendalam. Maya bukan sekadar wanita muda yang ia temui di sebuah aca
segera menghindari perasaan cemas yang menggerogoti dirinya.
datang makan malam," suara di ujung telepon itu terdengar familiar. Itu ada
jendela, merasa kebingungannya semakin meningkat. "Beri
k, P
osongan yang semakin dalam. Semua ini-hubungannya dengan Maya, kebohongannya-semua mulai menekan hidupn
yum hangat. "Reza, kau akhirnya pulang. Ayo, maka
nya kembali terganggu oleh pesan yang ia terima tadi. Ia merasa semakin sulit untuk mem
hatian, meski tak ada yang bisa ia ketahui. "Reza, kamu kelihata
ang berbeda. Dunia yang penuh dengan cinta dan kenyamanan di ruma
," jawab Reza, berusaha me
ertahan lama. Sebuah rahasia yang semakin menggerogoti, da
erita tentang kegiatan hariannya, sementara anak-anak mereka, Fira dan Raka, masih sibuk mengunyah makanan dengan ce
meletakkan sendoknya. "Kita belum pernah jalan-jalan keluarga
okus pada piringnya, meskipun ia tidak benar-benar merasakan makana
ganjal dalam pikiran suaminya. "Aku akan mengatur segalanya.
untuk lebih hadir, untuk lebih peduli-seakan semakin jauh dari dirinya. Ia ingin pergi ke pantai dengan keluarganya, tetapi ada s
ruang kerjanya di lantai atas. Ia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya, tapi yang ia temui bukanlah kedam
banyak hal yang perlu kita bicarakan. Janga
ya merasa cemas dan terbebani, tetapi juga tergoda. Keinginan untuk bertemu, untuk mer
angkah kaki Amara dari bawah memb
ar dari luar, memanggil dengan nada lembut
yelesaikan beberapa pekerjaan." R
bahwa Amara sedang berdiri di ambang pintu. Reza men
ing," Amara menambahkan dengan senyum yang p
a, sayang. Aku sudah seles
Reza tahu bahwa Amara tidak pernah curiga, tetapi ia bisa merasakan kedekatan yang
atap rumahnya yang tenang sejenak, ia merasa seolah-olah dunia ini terbagi dua-dunia yang aman dan
Tempat pertemuannya dengan Maya. Saat mobil berhenti di depan hotel itu, jantung Reza berdegup kenc
ngnya. Begitu mereka bertemu, Maya tersenyum menggoda, dan Reza merasa seolah-olah ia hanyut dalam pesonanya lagi. Ta
ersalah, tapi kamu juga tahu apa yang kita miliki lebih dari seka
tahu ini salah. Tapi aku tidak bisa berhen
gin hidup yang lebih baik, Reza. Aku ingin lebih dari s
aku tidak tahu bagaimana aku bisa keluar dari ini,"
tantangan. "Kamu harus memilih, Reza. Pilih aku atau pilih k
seakan lenyap begitu ia membuka pintu rumah dan melihat Amara tengah sibuk mempersiapkan sarapan. S
a tulus. "Reza, kamu terlihat le
dadanya. "Aku... hanya butuh sedikit waktu untuk tidur,
gin kamu lebih banyak di rumah, sayang. Aku
n lebih banyak di rumah, Amara. Aku janji," jawabnya, meskipun ia tah
s: terus hidup dalam kebohongan atau mengungkapkan semuanya dan menghancurkan apa yang telah ia bangun. N
lah, ia tidak tahu lagi bagaimana cara kelu
ambu