Asisten Pribadi CEO yang Terlalu Mempesona
sadarkan diri. Ia menerobos orang-orang di depan pintu rumahnya begitu saja. "Karen!" teriak Lona saat memandangi tubuh kecil Karen yang te
ataran Rumah Sakit Satria Medika. Tanpa pikir panjang Pak Agus –Tetangga Lona– pun langsung menuj
dari mobil itu dengan membopong Karen yang masih kejang-kejang, walau sudah lebih lemah dari sebelumnya.
naga. Dengan sigap perawat yang ada di sana mendorong brankar dorong dan
buat Lona hampir saja menjatuhkan tubuh lemah Karen ke lantai. Untung saja ada Suster tadi yang segera menangkapnya dan membaringkannya ke atas brankar. Sementara, badan K
n ikut bersedih menatap nasib Lona yang tak kunjung mendapat kebahagiaan. Lihat saja sekarang. Diantara guyuran hujan yang tanpa
embahayakan nyawanya. Hanya satu yang ia pikirkan sekarang, yaitu cepat-cepat sampai di rumah mantan suaminya. Untuk apa? Untuk
ananya dulu. Ia pun segera mendekati pintu masuk rumah cukup mewah itu tanpa membuang waktu lebih lama. Tok. Tok. Tok. Lona mengetuk pintu depan rum
rang sambil membukakan pintu kayu itu. Hingga saat pi
cap keduany
elihat sahabat karibnya yang dulu selalu menjadi temp
an bukan lagi Nyonya Zulfikar. Jadi, ngapain loe dat
ar. Apa yang sedang kau l
ang. Aku Nyonya Zu
r tidak percaya dengan ap
yang baru saja keluar dari dalam rumah itu. Ia pun langsung merangkul pinggang Karisha
r Lona setenga
Zul dengan eks
kata Lona dengan nada yang bergetar. Sambil men
tangan Lona yang sedang menunjuk ke arahnya. Ia pun segera membalas
jang Karina. Lona memalingkan wajahnya dengan ekspresi jijik. Sungguh, ucapan itu juga pernah ia dengar dar
dari belakang!" Lona ingin menjambak ramb
tubuh Lona hingga tersungkur di lantai. Karina ter
Aku tidak segan-segan untuk membal
ak rumah tangga kita?" Air mata Lona
a tak ada hubun
dia pasti yang sud
na cinta Mas Zul sekarang udah buat gue doang. Jadi, loe jangan berpikir untuk bisa merebut perhatiannya lagi!" tambah wan
mpuan ini?!" tanya Lona dengan air mata yang semakin deras. Zul pun tak menjawab. Ia hanya terdiam
pengakuan itu bak sambaran petir di siang bolong. Sungguh, ia tidak menyangka jika lelaki yang dulu sangat dicintainya bisa dengan g
apa Karen ikut kamu fitnah, Mas? Kenapa kau tidak mengakuinya sebagai
ak suka sama anak penyakitan itu. Bikin repot
iba-tiba. Jika Karen kaget akan sesuatu hal. Lona pun belum menceritakan perpisahannya pada gadis k
i gue. Kalau loe nggak bisa terima anak sua
ngan bentak-bent
tak akan pernah menunjukkan wajahku lagi di depan kalian. Tapi, aku mohon bantu Karen di rumah sakit, Mas. Penyakitnya kambuh dan biaya ruma