PERMEN MANIS UNTUK DIKA
dan gugup. Ia berdiri di depan cermin, menyesuaikan dasarnya yang berwarna merah m
ng, dan tiba-tiba ia melihat seorang anak laki-laki berdiri di depan papan tulis. Dengan rambut hit
a. Saya sangat senang bisa be
eolah memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya sulit beralih panda
Ia teringat sekotak permen warna-warni yang ia bawa dalam tas. Ia menggigit bibirnya, mencoba meya
mun ceria. "Ini untuk kamu." Rina mengulur
ejutan. "Wow, terima kasih
kan wajahnya memanas.
n mengambil satu. "Mmm... ra
rkejut. "Aku juga
hangat di dalam hatinya. "Kalau begitu,
ya. Saat Dika mulai berbincang dengan teman-teman lain, Rina
na teringat betapa Dika terlihat bersinar ketika dia tersenyum. Dalam pikirannya, Rina mulai memba
a sudah bertekad, ia akan memberikan permen manis lainnya untuk Dika setiap hari. Siapa t
elum berangkat sekolah, ia selalu memastikan untuk membawa permen d
ntukku," bisiknya, membayangkan setiap p
buh, Rina bersiap untuk hari-hari selanjutnya
alam tasnya, ada semangat baru yang muncul dalam hatinya. Ia menunggu-nunggu momen saat bisa memberikan permen ke
lincah, bersorak bersama teman-temannya. Dengan segenap keberanian,
memanggil, suara
yum lebar. "Hai, Rina!
erlalu pandai," Rina men
ting seru," Dika meyak
i tidak yakin bisa bermain dengan baik. Ketika Dika mengoper bola kepadany
at-cepat berusaha meng
"Gak apa-apa, itu no
il mengoper bola ke Dika. Saat Dika menerima operann
ujian itu. "Terima kasih, Dika!" Ia mera
Dika mengeluarkan minumannya, dan Rina mengambil kesempata
?" Rina bertanya
angkan," jawab Dika, menerim
mata. "Rina, permenmu ini selalu jadi penyemangat.
itu?" tanya R
ananya. "Aku bikin kartu ucapan, untuk terima
"Rina, terima kasih sudah jadi teman yang selalu
jahnya memerah. "Dika, ini
Sama-sama! Kita saling
kung," Rina setuju, merasa hati mer
aru saja dimulai. Dengan permen dan senyuman, ia berharap bisa membangun sesuatu yang lebih dari seka
untuk Dika, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Dan di dalam hati kecilnya, Rina tahu, permen mani
dalam hatinya, ada harapan bahwa suatu saat, ia bisa mengungkapkan semua perasaannya yang tu
seolah permen itu bukan hanya sekadar makanan manis, tetapi lambang dari perasaan yang semakin tumbuh di dala
ntuk bekerja sama dalam membuat poster. Rina merasa berdeba
bunga, kan?" tanya Dika
yakin dengan hasilnya," Rina m
ka membalas penuh semangat. Mereka mulai menggambar dengan krayon be
at ke arah Rina. "Eh, Rina, kenapa kamu selalu
bih dari itu, aku ingin memberikan sedikit kebahagiaa
tu bikin semua orang jadi lebih senang. Termasuk aku!
"Ya, ini untukmu!" Dia memberi
dengan penuh semangat, seolah permen itu a
erbeda. Kehangatan yang dia rasakan saat bersam Dika semakin intens,
amu bisa punya satu keinginan,
ngin bisa melakukan sesuatu yang hebat, mungkin menjadi pe
jadi penulis. "Aku ingin menulis cerit
a melakukannya, Rina!" Dika bersemangat,
tuk pelajaran seni telah habis. Dika dan Rina melihat hasil kar
! Ini keren!" Dika b
ia. "Iya! Kita harus membuat
melakukan lebih banyak hal bersamamu
bat? Apakah itu cukup? Dia ingin lebih dari sekadar sahaba
rkan kata-kata Dika. Ia ingin mengungkapkan lebi
t tidurnya, menatap langit malam melalui je
Setiap permen adalah langkah kecil untuk membangun jembatan menuju hatinya. Dia tahu ba
uan-pertemuan mereka di masa depan akan membawa mereka lebih dekat, dan bahwa ia bisa mengungkapkan c
sam