Langit yang Merindu
eria yang selalu bisa mengubah suasana hatinya dengan mudah, namun kini ada sesuatu yang berbeda. Ketika ia duduk
sudah dipenuhi ketegangan. "Terima kasih sudah datang, Aruna. Aku tahu ini tida
n sejak semalam. Di dalam hatinya, berbagai emosi bergemuruh, namun
as dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. "Dulu, aku merasa kalau hidup ini begitu sederhana. Kita punya mimp
enarnya ia maksudkan. "Hilang? Maksudmu, kamu merasa
dung-gedung tinggi. "Bukan begitu. Saat itu, aku punya mimpi, ambisi, tapi aku mulai merasa kalau jalan yang kita lalui...
tu. "Jadi... itu sebabnya kamu pergi begitu saja? Kare
nnya juga. Tapi, aku pikir kalau aku tetap di sampingmu saat itu, aku hanya akan menyakiti kita berdua lebih dalam
salahan yang ia lakukan, melainkan karena ketidakpastian yang tumbuh dalam diri Langit sendiri. Satu sisi hatinya merasa lega, nam
honan. "Saat aku pergi, aku tidak bermaksud meninggalkanmu tanpa penjelasan. Aku
, terlihat jelas bahwa meski telah menemukan jawabannya, Langit m... aku harap kau tahu, maaf tidak selalu berarti segalanya akan kembali seperti dulu. Kita tidak bi
. "Aku tahu. Mungkin aku terlambat menyadari semua ini. Tapi setidaknya aku b
ia butuhkan untuk benar-benar melangkah maju. Semua pertanyaan yang dulu menghantu
, Aruna. Kamu tetap orang yang kuat, lebih dari yang pernah a
biarkan Langit pergi. Untuk terakhir kalinya, ia melihat sosok itu berjala
*
i yang selalu ada untuknya di saat-saat sulit. Dalam benaknya, ia bertanya-tanya apakah perasaannya terhadap Jati lebih dari sekadar rasa nyaman. A
us sambil menyusun laporan terakhirnya, J
sibuk?" tan
senyum. "Enggak, cuma ngerj
ahnya. "Oh ya, kamu udah selesai berte
i kepadanya. Tidak seperti Langit yang dulu seringkali sibuk dengan d
erasa lebih baik sekarang," jawab Aruna dengan jujur. "Aku b
ban itu. "Itu berita baik, Aruna. Aku senan
na tahu bahwa ia bisa berbicara dengan Jati tanpa rasa takut dihakimi,
membuyarkan pikiran Aruna. "Kamu pernah berp
ada tempat yang berbeda untuk setiap orang di hati kita. Langit pernah menjadi bagian besar dalam hidupku, tapi s
li membuat Aruna merasa nyaman. "Aku harap
ata-kata lebih lanjut, Aruna merasakan bahwa mungkin inilah awal yang ia butu
*
um kecil. Kenangan tentang Langit tetap ada, namun kali ini tidak lagi menghantuinya. Sebaliknya
. Aruna menyadari bahwa cinta tidak selalu berarti memiliki atau terikat pada satu orang, melain
h damai dari sebelumnya. Ia tahu, esok adalah hari baru,
-