icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Langit yang Merindu

Bab 2 Jejak di Tengah Hujan

Jumlah Kata:1097    |    Dirilis Pada: 04/11/2024

enggantung rendah. Hujan semalam telah berhenti, tetapi jejaknya masih tertinggal di trotoar basah dan da

. Namun bagi Aruna, suasana sunyi itu justru mengingatkannya pada sosok Langit. Setiap sudut kampus, setiap lorong, bahkan bangku

kapan panjang antara dirinya dan Langit. Di sana, mereka menghabiskan banyak sore bersama, berbicara tentang

pikirannya. Di benaknya, ia bisa melihat senyum Langit yang khas, suara tawan

ru

tika ia membuka mata, Jati sudah berdiri di depannya, m

sambil menyodorkan secangkir kopi yang entah kapan ia beli. Kehadirannya

yebar di telapak tangan. Ia mengangguk pelan, tatapannya j

apa yang dibutuhkan. Beberapa detik keheningan berlalu, namun Aruna merasa nyaman d

ka perasaannya, mungkin karena ia merasa cukup nyaman dengan Jati, at

buatku," Aruna mulai berbicara, suaranya lirih dan pelan. "Kami punya mimpi yang

ng, tatapannya tetap pada waj

menjauh. Bukan secara fisik, tapi... rasanya seperti dia menjadi orang lain. Setiap kali kami berb

, "Mungkin dia punya alasan? Kadang, orang berubah bukan karena ingin men

terjadi begitu perlahan namun pasti. "Aku tidak pernah tahu alasann

Aruna. "Kadang, yang kita butuhkan adalah menerima bahwa tidak semua hal akan berjal

sudah lama berlalu. Ada bagian dari dirinya yang masih berharap Langit akan kembali, atau setidaknya memberikan pe

keheningan di antara mereka. Ia melihat nam

u asing sekaligus akrab. Ia menatap Jati sejenak, yang hanya memberi anggukan kecil

lan di seberang telepon, suara yang dulu selalu

enjaga nada suaranya tetap stabil meski

Langit berbicara lagi. "Aku... ingin bertemu denganmu

tang tanpa diundang. Penjelasan. Itulah yang selama ini ia nanti

bergetar. "Kamu pergi begitu saja tanpa penjelasan, dan seka

Aruna. Saat itu, aku merasa ada hal-hal yang lebih baik tidak kamu ketahui. Tapi sekar

h. Selama ini, ia berusaha keras untuk melupakan, namun s

s panjang, ia menjawab, "Baikl

ela napas lega. "Besok

ski Langit tak bisa

eolah masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Jati, yang s

ngannya kalau itu menyakitka

asa pahit. "Aku butuh jawaban, Jati. Mungkin den

s menghantui pikirannya. Ia terbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya yang gelap, bertany

lihat pantulan dirinya, ia menyadari bahwa gadis di cermin itu bukan lagi Aruna yang dulu, yang pernah begitu bergantung

butnya terlihat lebih panjang dari terakhir kali mereka bertemu, dan ada ga

eka bertemu. Dalam keheningan itu, mereka seolah berbicara tanpa kata-kata

mantap. "Aku datang karena ingin menjelaskan s

kan Langit katakan. Ia tahu, apa pun jawaban yang

-

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka