SATU MALAM SERIBU LUKA
a yang dulunya hangat kini terasa dingin dan sepi. Rina, meskipun berusaha untuk bersikap normal, tidak bisa menyembunyikan rasa sakit yang tergamba
hotel tempat mereka bertemu, bayangan tawa dan senyuman Lara menghantuinya. Kenangan itu terasa seperti belenggu yang tidak bisa dilepas. Set
ada yang mengganggumu?" tanya Sand
dak, aku baik-baik saja," jawabnya,
Kita semua di sini untuk saling mendukung," Sandi melan
a tanpa tujuan. Rina sudah tidur lebih awal, menghindari percakapan yang bisa kembali membuka luka la
ara, yang hanya bertuliskan, "Aku masih memikirkanmu." Pesan itu seperti pisau yang menusuk hatinya. Arman merasa t
angkah masuk ke dalam gedung, dia melihat rekan-rekannya sedang berdiskusi tentang proy
dengan semangat. Arman mengangguk, mencoba mengalihk
cara dia menggerakkan rambutnya yang panjang, dan betapa mudahnya mereka berbagi ceri
n?" tanya Budi, menarik
irkan sesuatu," jawab Arman, m
h pendapatmu," Budi menegaskan, mengi
canda dan tertawa, seolah hidup mereka sempurna. Sementara itu, Arman merasa seperti penipu yang menj
rumah, suasana kembali terasa hampa. Rina sedang duduk di meja makan, menyiapkan makanan
sukaanmu," Rina berkata, berusaha membuat suasa
repot," Arman menjawab, duduk di kursi deng
gi waktu bersama," Rina mencoba tersenyum, teta
orokan Arman. Rina memecah kesunyian, "Arman, aku tahu kita tidak bisa kem
ak tahu, Rina. Aku merasa sangat bersalah. Aku telah meluka
sa berbicara. Jika ada hal yang ingin kau sampaikan,
ra kembali mengganggu. Rina melanjutkan, "Kau tahu, kita semua membuat kesalahan
salahan ini. Satu malam itu... itu menghancurkan sem
di, tetapi kita harus menghadapi kenyataan ini be
merasakan gelombang kesedihan yang menyelubungi dirinya. Ia ingin memulai kembali
angan yang mengganggu pikirannya membuatnya merasa terjebak di antara dua dunia-satu dengan Rina yang penuh cinta dan kepercayaan, dan s
sudah bangun dan sibuk menyiapkan sarapan. Arman merasa terjebak dalam rutinitas yang tera
an senyum yang berusaha terlihat ceria. "
awab, sambil duduk di me
eksama. "Kau tampak lelah. Apakah
erpikir," jawab Arman sambi
an makanan tersebut. Dia hanya mengaduk-aduk piringnya, seolah it
kau memiliki sesuatu untuk dikatakan, aku di sini untuk me
pkan seolah tertahan di tenggorokan. Kenangan akan Lara datang kembali, dan ia tidak
suaranya penuh keraguan.
ang diriku. Aku hanya merasa bingung," ja
ncintaimu. Meskipun kau merasa bersalah, aku tidak ingin ka
akanan, Arman pergi ke kantor, merasakan beban yang lebih berat daripada sebelumnya. Setiap detik yang berlalu t
ang pada Lara. Setiap kali dia melihat rekan-rekannya yang bersenang-senang, dia merasa sema
bisa lepas dari bayangan Lara. Senyumnya yang memikat, suara tawanya, dan bagaimana semua terasa begitu sempurna di malam
memikir
ada dorongan yang kuat di dalam dirinya. Arman mengetik satu kalimat, tetapi ketika jari-jarinya bersen
unannya. "Kau mau makan siang di
." Dia menutup ponselnya, berusaha untuk tid
ntang Lara tidak mau pergi. Ia teringat bagaimana Lara berbagi kisah hidupnya dengan penuh antusia
di rumah, suasana sepi menyambutnya. Rina sudah menyiapkan makan malam, tetapi tida
tanya Arman, berusaha me
tetapi Arman bisa merasakan
an merasa tidak bisa menikmati kebersamaan mereka. Rasa bersalah dan penyesalan
entang semuanya?" tanyanya, suaran
tuk berbicara, tetapi kata-kata terasa sangat sulit untuk diucapkan. "Rina
ab, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku
dan menggenggamnya erat. "Aku minta maaf, Rina. Aku tidak pernah bermaksud menyakiti
emperbaiki ini, Arman. Tapi kita harus jujur satu sama
g sebenarnya, tetapi dia juga tidak ingin menghancurkan hara
s menghadapi ini. Jika tidak, kita akan ter
atkan pernikahan mereka. Namun, keberanian untuk mengungkapkan segalanya terasa seperti beban yang terlal
ambu