SATU MALAM SERIBU LUKA
a, tetapi sinar itu tidak bisa menghangatkan hatinya yang dipenuhi rasa bersalah. Setelah malam yang mengubah hid
ke rumah. Ketika dia membuka pintu, aroma masakan Rina menyambutnya. Jantungnya be
a dengan senyuman hangat. Dia mengenakan apron dan rambutnya yang panjang tergerai indah. Melihatnya se
Arman, berusaha tersenyum meskipun
pasti lapar setelah perjalanan panjang itu." Ia mengangguk ke arah meja
nya tidak menarik sama sekali. "Rina, aku...," su
k sedikit lelah," Rina menyada
utuh waktu untuk beristirahat," jawab Arman,
terus menghantuinya, seperti bayangan yang tidak mau pergi. Dia ingat setiap detik saat bersama Lara, semu
oti bakar dengan selai stroberi. Senyum baha
an itu dan memaksakan diri untuk menggigitnya. Nam
ku ingin tahu bagaimana perjalananmu," Rina berkata
ina yang tulus. "Itu... itu sangat bai
ilmu yang didapat untuk proyek baru kita?" Rina menyara
man, meski suaranya t
ama setelah semua kesibukan ini," Rina mela
gan Rina, tetapi ingatan tentang malam yang hilang itu menghalanginya. "Aku... aku
alir di atasnya, dia merasa seperti air itu mencoba membersihkan kesalahannya. Namun, saat dia
berapa berkas di tangannya. "Arman, aku perlu bantuanmu denga
ngat, dan hatinya bergetar. "Ya,
Bagaimana mungkin dia bisa mengabaikan wanita yang telah mencuri perhatiannya dalam se
ku?" suara Rina menarikn
asi," Arman menjawab, mer
ingin kau tahu, aku selalu ada untukmu. Apapun yang terjadi
kasih, Rina. Aku sangat menghargai dukunganmu," ujarnya, tetapi
sa bersalah dan kerinduan akan malam yang salah itu terus menghantuinya. Dia berjuang untuk
s membuat keputusan. Dia tidak bisa terus hidup dalam dua dunia yang berbeda-dia harus memilih. Di da
uti, dan Arman tidak tahu berapa lama d
ang menggelayuti pikiran suaminya. "Kau tidak t
berpikir tentang pekerjaan. Ada be
a besok," Rina berkata lembut, menyentuh lengan Arman. Sentuhan itu membuat Arma
, tetapi hatinya masih berperang den
akan momen-momen manis di antara mereka. Mereka memilih film romantis yang pernah mereka tonton bersama saat masih pacar
aat kita menontonnya pertama kali?" tanya Rina
a menggali kenangan manis itu. "Kita
wajahnya. "Aku masih ingat betapa aku meneteskan air mata di akhir
u adalah saat yang sangat berarti. Aku se
ingatkannya pada kesalahan yang telah dibuatnya. Keduanya terdiam saat film mencapai klimaks em
. "Aku hanya sedikit kelelahan. Mungki
kita bersama. Mungkin kita bisa pergi jalan-jalan bes
bersalah di dalam hatinya kembali menghantui. Apakah dia benar-
rman, "Ayo, kita buat popcorn dan nonton film la
. "Aku senang kau bersemangat, tetapi aku rasa kita sebaiknya ber
pi jangan lupakan rencana jalan-jalan ki
merenungkan semuanya. Apakah ia akan bisa terus menyembunyikan rasa bersalah
rman menatap langit-langit, pikiran-pikirannya melayang ke malam bersama Lara. Dia tidak bisa mem
utus asa. Namun, saat dia berpikir tentang bagaimana Rina akan bereak
inya. Dia harus berbicara dengan Rina, tetapi di saat yang sama, d
eja, menyambutnya dengan senyuman cerah. "Selamat pagi! Aku sudah meny
at mereka duduk untuk sarapan, Rina berbicara tentang rencanany
embut, "aku perlu berbicara denga
presinya berubah ser
pa yang terjadi di sana." Kata-kata itu tera
?" Rina bertanya, jelas merasak
usaha untuk mengumpulkan keberanian. "Aku tidak ingin menya
ya mulai memucat. "Arma
mengungkapkan apa yang telah terjadi. "Aku... aku mengk
am, matanya membelalak. "Kau... kau apa?" Suaranya bergetar,
dan aku tidak tahu mengapa aku bisa melakukannya," Arman
ai mengalir. "Mengapa kau melakukannya, Arman? Ak
an. Dia tahu dia telah merusak sesuatu yang sangat berharga. "Aku tidak punya alasan.
i, satu malam itu lebih berharga darip
alah kesalahan yang sangat bodoh, dan aku tidak akan pernah
bisa meminta maaf atas sesuatu yang telah kau hancu
rian di meja. Dia tahu bahwa satu malam yang dia anggap sebagai kesenang
ambu