BAYANGAN DIBALIK SENYUMAN
n, Clara duduk sendirian di sofa, memandangi jam dinding yang berdetak dengan lambat. Pukul sebelas malam, dan Adrian, suaminya
sebagai manajer di perusahaan besar memang menyita waktu dan tenaga. Tapi semakin hari, semakin ada yang tidak beres. Sejak kapa
sih mengenakan setelan jas rapi, namun dengan wajah lelah yang tampak dipak
ur?" tanyanya sam
a datar, berusaha menahan rasa gel
ti langkahnya dengan tatapan kosong, menyadari betapa jauhnya mereka sekarang. Dulu, Adrian selalu pulang dengan c
ementara itu, Clara tetap duduk di ruang tamu, merasakan kekosongan yang semakin besar
tamu, bergetar. Clara menoleh, melihat layar ponsel men
at ia mengambil ponsel Adrian, tangannya sedikit gemetar. Ia membuka pesan i
Sampai ketemu lagi besok, ya. J
san itu singkat, tapi mengandung banyak hal yang tak pernah ia bayang
ini hanya salah paham, mungkin Adrian bisa menjelaskan. Tapi entah kenapa, hatinya tahu, ada sesuarnah tertutup. Kecurigaan itu kini tumbuh, berkembang di dalam pikirannya
elap dalam tidurnya, seolah tidak ada yang perlu dirisaukan. Napasnya teratur, wajahnya tenang. Namun, ketenangan itu justru semakin membuat Clara
asan logis untuk pesan itu. Mungkin saja *Maya* hanya rekan kerja biasa. Mungkin mereka memang harus bekerja lembur untuk
ih, meskipun ia tahu suam
an sudah bangun dan tidak ada di tempat tidur. Sejenak, Clara mengira mungkin ini kesempatan baginya untuk berbicara jujur dengan Adrian, nam
lah tidak ada yang salah. Clara berhenti di ambang pintu, menatap suaminya dengan perasaan campur aduk. Selama bertahun-tahun pernikahan mereka, Adrian adalah sosok yang selalu bisa diand
a terlukis di bibirnya saat mendongak
oba menutupi kecemasannya.
ali melirik Adrian. Di sudut matanya, ia melihat Adrian meletakkan ponsel ke meja dengan la
n suara setenang mungkin. Ia harus tetap ten
i sore ini. Aku juga mungkin akan lembur lagi ma
ng menghantam perasaannya. Clara menelan ludah. "Oh, begit
menyelesaikan banyak hal secepatnya," jelas Adrian tanpa sadar, namun namanya-*Maya*-
dan mengangguk. "Ya,
tanya lebih jauh, tapi takut Adrian akan menyadari kecurigaannya. Jika ia terlalu terang-terangan, Adrian mungkin akan men
dalah tetap mengamati dari jarak dekat, mencari tahu lebih banyak sebelum melak
buatannya mungkin akan dianggap tidak pantas, tapi rasa penasaran dan kegelisahan yang menghantui hatinya tak bisa lang ketika ia menemukan percakapan panjang antara Adrian dan Maya. Mereka tidak hanya membicarakan
r, Adrian. Terima kasih sud
r. Mereka bukan hanya sekadar berbicara soal pekerjaan. Ada sesu
asa seperti orang asing
ambu