Di Bawah Langit London
gam pensil yang hampir patah karena tekanan jarinya. Di depannya, terentang gambar cetak biru desain terbaru untuk lobi hotel proyek yang seharusnya menjadi kebanggaanny
itu adalah bagian dari permainan sosial yang sering terjadi dalam kalangan keluarga kelas atas. Namun, semakin Karina menutup diri dan bersikap dingi
detail teknis proyek, tetapi tidak pernah benar-benar terlibat dalam diskusi desain seperti dulu. Seolah-olah, di balik peranannya sebagai mana
ipun hubungan mereka tegang karena perbedaan pandangan, ada dinamika yang terasa menantang dan menarik. Namun sekar
ntu membuat Henry m
a tanpa melihat
perti biasanya. Wajahnya tenang, hampir tanpa ekspre
rapat dengan tim konstruksi?"
rina dengan sorot mata yang sulit dibaca. "Ya, aku
enjaga sikapnya. "Bicara tentang apa? Jika ini t
ntang proyek ini. Tentang kita. Tenta
ini. "Henry, aku pikir kita sudah sepakat bahwa urusan pribadi ki
itu yang terjadi. Kamu mungkin bersikap profesional di permukaan, tapi aku merasa seperti ka
ak menjauhkan diri. Aku hanya mencoba fokus pada peke
asi. "Kamu menolak setiap ide yang kuberikan tanpa alasan yang jelas. Kamu bahkan tidak mau mempe
ide-ide yang masuk akal, Henry. Tapi kamu harus ingat bahwa a
balas Henry dengan nada serius. "Tapi kita adalah tim, Karina. Kamu tidak bisa terus menut
ngannya dengan urusan pribadi, Henry. Aku hanya ingin memas
tuasi yang tidak nyaman? Karina, aku juga tidak menginginkan perjodohan ini sejak awal. Tapi sekarang, kamu terus
y, melainkan karena Henry berhasil menyentuh titik rawannya, ya perasaan terjebak antara
berusaha menjalankan tugas deng
un lebih tajam. "Aku ingin proyek ini sukses sama sepertimu, tapi kalau kita terus begini, kita ti
kali dia melihat Henry, dia diingatkan akan tekanan dari keluarganya. Hubungan mereka, entah bagaimana,
uanya," Karina berkata pelan, nada suaranya mul
rina. Aku tahu ini sulit. Tapi aku juga ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untuk bekerja sama, bukan untuk menambah bebanmu
akhirnya mengangguk pelan. "Aku akan mencoba
Aku akan bersabar, Karina. Aku hanya berharap kita bisa benar-benar bekerj
enganggu
uhnya hilang, percakapan tadi setidaknya telah membuka pintu bagi komunikasi yang lebih jujur. Henry tahu bahwa Karina masih berjuang dengan dilema priba
menolak idenya atau bersikap dingin, ada bagian dari dirinya yang merasa terluka. Henry, yang terbiasa dipandang sebagai arsitek berbakat
ih dari sekadar hubungan profesional yang dingin. Meskipun awalnya dia tidak tertarik pada perjodohan, semakin dia mengenal Karina, se
. Dia tahu bahwa jika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah ini secara profe
asana yang masih tegang, meskipun percakapan merek
a, konflik ini tidak hanya soal pekerjaan, tapi juga soal perasaan, perasaan yan
na bisa menemukan titik temu di antara profesionalisme dan perasaan mereka yang kom