(Bukan) Pernikahan Impian
at tidurnya terlihat serius pada pekerjaannya, hal tersebut terbukti dengan jemari yang masih sibuk menari di atas laptopnya. Lelaki terse
berpindah dari laptopnya, jemarinya masih sibuk menari di atas keyboard yang b
enutupi hingga sebatas lehernya. Sang pria hanya menatap sekilas pada sang wanita yang tidur denga
l?" Tanya sang wanita dengan tatapan menelisik. Sed
kan sebuah jawaban yang diberikan sang pria me
ngan tidur seranjang sama aku." Ucapnya dengan nada suara yang lumayan
i apa kata keluarga kita nanti kalau aku tidur dikamar lain dan kamu tidur di sini, sementara ini malam pertama kita." Uc
erikan sosok ibu pada putri semata wayangnya, sedangkan sang wanita yang memiliki nama Dara Maharani itu pun mempunyai sebuah alasan untuk menerima pinangan darinya jika tak ingin wanita yang biasa disapa Dara harus mengik
jang. Kalau kamu nggak mau tidur di kamar l
dengar penuturan dari sang lawan bicara. "Kamu Amnesia, Ra?, kamu nyuruh aku tidur di sofa?" Seraya jari telunjuknya menunj
uan tidur di sofa sementara kamu yang laki-laki bisa pulas tidur di
u aku apa-apain kamu, aku bisa jamin kalau nggak akan terjadi sesuatu sama kamu. Kita bisa menempatkan guling di tengah-tengah kita sebagai penyekat." Pria tersebut melangkah me
ng pria yang berdiri dekat tempat tidur akhirnya mengambil bantal yang tadi di lempar Dara, kakinya melangkah ke arah almari untuk mengambil selimut karena tak ada seseorang yang akan menghangatkan tubuhnya jika
*
angkah menuju almari, dikembalikannya selimut tersebut pada tempat asalnya. Kakinya kemudian melangkah pada tempat tidur, ia mengamati perempuan yang sudah sah menjadi istrinya. Tak sadar d
am aku akan teriak." Alfan sampai menutup kedua telinganya
Ra?" Alfan terlihat santai berjalan ke arah almari y
disuguhkan pemandangan yang menggugah selera hanya saja dia tak mau mengakui, terlalu gengsi baginya untuk memuji betapa seksinya sang suami yang keluar k
au kamu khilaf?" Kata Al
a mengalihkan pandangan, bisa benar-benar khi
kalau kamu khilaf." Masih denga
tua kita. Satu hal lagi, kamu jangan meminta aku melakukan pekerjaan selayaknya seorang istri, karena aku nggak mau dibebani oleh pekerjaan-pekerjaan itu. Aku ju
aku pekerjakan. Aku nggak akan menuntut banyak hal dari kamu, aku hanya minta satu hal sama kam