icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jejak Cinta di Kota Hujan

Jejak Cinta di Kota Hujan

icon

Bab 1 Hujan yang Mengalirkan Cerita

Jumlah Kata:1218    |    Dirilis Pada: 20/08/2024

jannya yang tiada henti, seolah awan kelabu tak pernah mau beranjak dari langit. Hujan gerimis yang jatuh dengan ritme lembut mengiringi pikirann

di sini?" gumamnya, lebi

kedua yang lebih baik. Namun, seiring waktu, ide-ide yang dulu mengalir bebas kini seakan terhenti. Inspirasi yang ia harapk

makan, dan satu kamar tidur. Tidak banyak yang bisa ia lakukan di tempat itu selain menulis,

ntuk diisi kata-kata hanya membuat Naya semakin frustasi. Setiap kali ia mencoba mengetik,

gar, atau mungkin, inspirasi yang selama ini menghindar. Setelah mengenakan jaket tebal dan membawa payu

ngan papan nama yang sudah mulai pudar, dan penduduk lokal yang ramah meskipun tampak sedikit tertutup. Naya merasa ada se

cil yang tampak hangat dan mengundang. Papan kayu di depan pintu bertuliskan "Café Aria" dengan huruf kursif

usik jazz lembut mengalun di latar belakang, dan beberapa pelanggan duduk menikmati minuman mereka sambil

k ketika seorang pria mendekatinya. Dia mengenakan seragam barista berwarna hitam dengan celemek cokelat muda, rambutnya yan

gan suara rendah dan tenang

adar dari lamunannya. "Oh, selamat s

aik, satu latte. Apakah Anda ing

"Tidak, itu saj

h jauh. Namun, ia menahan diri dan hanya mengangguk sopan. Pria itu be

n tahu lebih banyak. Tapi apa? Mungkin cara dia membawa dirinya, atau mu

ikirannya terus mengembara pada barista misterius itu. Apakah dia penduduk asli di kota ini? Atau

rista yang sama. Dia meletakkan cangkir di atas meja dengan

memberikan senyum ke

isa sore itu, Naya duduk di kafe, mencoba menulis dan mengamati sekelilingnya. Namun, perhatian utamanya te

ap untuk meninggalkan kafe. Namun, sebelum ia benar-benar melangkah keluar, sesuatu menarik perhatiannya-sebuah buku catatan tebal berwarna

encolok, atau mungkin karena instingnya sebagai penulis yang membuatnya penasaran. Tanpa

leh, sejenak terlihat kaget dengan kebe

jawa

aya," kata Naya sambil menunjuk ke buku c

amun akhirnya ia mengangguk. "Ya,

ng membawa buku catatan sendiri untuk mencatat ide-ide yang datang tiba-tiba.

mereka. "Begitukah? Menulis adalah sebuah seni yang membutuhkan dedikasi, dan say

sering merasa bahwa hanya dengan menulis,

khirnya menyebutkan namanya, Arga. Namun, ada sesuatu dalam cara Arga berbicara yang membuat Naya merasa bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu. Car

ika Anda tertarik, Anda bisa datang ke sini la

a menerimanya dengan senang hati. "Tentu s

ikan perasaan yang baru, seperti lembaran cerita yang siap untuk ditulis. Namun, di balik semua it

ga. Ia mencoba menggali lebih dalam apa yang ia rasakan, namun setiap kali ia merasa ham

dengan Arga lagi. Namun, kali ini suasana di kafe berbeda. Tidak

nulis. Setelah beberapa jam, ia memutuskan untuk bertanya kepada b

rj

tampak bingung. "Arga? Saya tida

ng bekerja di sini kemarin

af, tapi saya sudah bekerja di sini sejak pagi, dan saya

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka