Jejak Cinta di Kota Hujan
alkannya di trotoar yang basah menjadi beban pikiran yang baru. Bagaimana mungkin barista di kafe itu tidak mengenali Arga?
ang memuaskan. Setibanya di apartemen, ia langsung menuju ke jendela, menatap hujan yang masih terus turun. Kota Windfall sepertinya tidak pern
idak ada satu pun kata yang keluar. Pikirannya terus-menerus kembali ke sosok Arga dan buku catatan hitamnya. Mengapa Arga tampak begitu akrab de
k nama "Arga". Namun, tidak ada hasil yang relevan. Nama Arga terlalu umum, dan meskipun ia mencoba menambahkan kata kunci seperti "barista" atau
harus mencari tahu lebih lanjut. Saat ia tiba di Café Aria, perasaannya mulai campur aduk antara harapan dan keraguan. Pintu kafe itu masih sama, pa
kabar?" sapanya den
nya masih penuh dengan tanda tanya. "Pa
ap Arga akan muncul dari belakang counter, tetapi tidak ada tanda-tanda dirinya. Setelah beberapa
mungkin Arga beke
idak tahu siapa yang Anda maksud dengan Arga. Kami hanya memiliki tiga
akah ada yang lebih aneh lagi yang sedang terjadi? Dengan bingung, Naya mengambil kopinya dan kembali
ungkin itu adalah kunci dari misteri ini. Naya mencoba mengingat letak buku itu saat terakhir kali
a saat matanya mencari-cari buku catatan itu. Namun, tidak ada tanda-tanda buku tersebut. Semuanya ta
ada sesuatu yang harus ia ketahui, sesuatu yang berada di luar jangkauan pikirannya saat ini. Apakah mungkin Arga memil
ap kali ia datang, kekecewaan yang sama menyambutnya. Tidak ada Arga, tidak ada tanda-tanda bahwa dia pernah
all kini menjadi sesuatu yang menekan, bukannya menenangkan. Naya merasa seperti tenggel
inggalkan jejak yang mudah ditemukan. Mungkin dia telah menghapus jejaknya dengan sangat hati-hati. Naya tahu bahwa jika dia ingin menemu
merasa dorongan kuat untuk terus berjalan, seolah-olah ada sesuatu yang memanggilnya. Kota Windfall yang sepi dan hampir kosong membuat langkahnya terdengar lebi
redup yang berasal dari dalam membuat toko itu tampak suram. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian Naya-sebuah buku yang dipajang di et
ua dan kertas menyambutnya, memberikan nuansa nostalgia yang aneh. Di dalam toko, ada se
ati mengamati sampulnya. Tidak ada tulisan atau petunjuk apa pun yang bisa memberitahu siapa pemilik buku itu. Namun, ketika Naya membali
i semacam pesan tersembunyi? Naya membuka lebih banyak halaman, berharap menemukan petunjuk, tetapi isinya tampak seperti catatan acak-poto
inggian, dengan beberapa bangunan ikonik yang bisa dikenali. Namun, yang paling menarik perhatian Naya adalah tanda p
ingin dia menemukan sesuatu-mungkin bahkan dirinya. Dengan cepat, Naya menyimpan buku itu dan memb
seperti tidak terpakai. Naya berjalan cepat ke arah yang ditunjukkan peta, tidak peduli dengan hujan yang semakin deras. Ia merasa sepe
itu tampak suram dan kosong, dengan jendela-jendela yang pecah dan cat yang mulai mengelupas. Na
an, seolah-olah ged
u debu yang tajam. Ruangan itu kosong, kecuali beberapa perabotan tua yang tampak telah lama ditinggalkan. Namun, di tengah rua
kut, tetapi rasa penasarannya lebih kuat. Dengan langkah hati-hati, Naya mulai menuruni tangga itu, sementara pikirannya penuh dengcahaya redup dari lampu tua di sudut. Di tengah ruangan, ada meja kecil dengan beberapa kertas berserakan di atasnya. Nay
angkah kaki di belakangnya. Dengan cepat, Naya berbalik, dan di san
g tajam dan senyum kecil di wajahnya membuat Naya merasa bahwa di
fhan
penuh misteri, ia berkata, "Kau akhirnya menemukan aku,
itar Arga tampak semakin menakutkan. Rahasia apa yang sebenarnya dise
n membawa Naya semakin dalam ke dalam pusaran mi