ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN
aya? Kamu kira, saya akan sekejam itu ke kamu?" Mahard
dengan saya. Jadi, saya minta Bi Endang, untuk menyiapkan sat
duanya. Isi kepala yang semula sepert
pa ada yang salah de
kirannya sendiri. "Baiklah, kalau Om ingin yang
uk pelan, lalu mengekor di belakang. Sementara Mahardika sedang geleng-gele
elang beberapa menit, dia bersikap seolah biasa saja. D
elnya berdering. Mahardika mengel
alaikum. I
dang menikmati bulan madu, tapi bisakah Bapak datang ke
ke kantor. Lima belas menit
mbungan telponnya. Eka yang memang belum m
a?" tanyanya sedikit
ikit urusan di kantor. Kamu ke kamar saj
lasan tersebut. "Tunggu, Om, jangan pergi! Mereka yang
, Dek
kat tangan kanannya sebelum Mahardi
, sudah sepatutnya mereka yang datang kemari, bukan Om ya
udah berdebat seperti ini, dapat d
Robi, untuk membawakan semua b
uas dengan jawaban sang
ungi Robi, asisten priba
Bapak sudah sam
, sambil tersenyum ke
k pergi ke kantor. Kamu bawakan
g mana, Pak? Bukankah B
karena istri saya merasa lel
a aliran darahnya berubah menjadi lava
Ak
kaki Mahardika. Sontak membuat pria
entar!] Mahardika meninggika
nin dia, takut dia ngambek lagi. Soalnya dia enggak mau saya pergi lama-lama. Kamu bawa saja s
alau begitu saya akan
ertawa kecil, melihat ekspresi kesal sang
kesel aja deh," protes Eka, sambil melipat k
i bakpao hangat yang dipanggang dadakan
itu ke orang lain? Apa perbuatan saya tadi salah
ya, dia pergi saja dari pada berlama-lama di deka
g. Sepertinya dia mulai memiliki hobi baru, yaitu berdebat dengan sang istri. Lebih
*
ruang tamu sambil membaca beberapa berkas yang
ri Bapak?" tanya R
mengalihkan pandangannya. Tetap fok
ak bisa jauh-jauh dari Bapak. Ya, saya berpikir istr
pulpen itu di meja, lalu mengangkat kepalanya.
" Robi tert
tidak segan-segan mengirim kamu kembali ke k
k. Maafk
kali kamu bersikap tidak sopan lagi ... Saya pecat
a! Saya sudah selesa
ri sofa, kemudian melen
ak. Teri
tergeletak di atas meja. Sorot tajam Dika
ang berdiri di bibir pintu. Dia sempat mendengar perc
bil meremas