The Last Love of Promise
ana jika pertemuan itu harus berawal dengan sebuah tang
u kita dalam sebuah penantian? Dan apakah kita pantas membahas untuk tetap saling berpeluk agar saling meneladani kalbumu dan kalbuku? Entahlah
mereka di kantin. Dion Langit Anggara, salah seorang dosen yang mengampu mata kuliah Sastra Indonesia di sebuah fakultas bahasa dan seni itu kini b
la ya, berapa?" Dion mengeluarkan dom
kusut hari ini bapak," balas ibu kantin i
untuk pesanannya tersebut, "Ambil kembaliannya
ng terlihat kosong dan sunyi, mungkin sesunyi hatinya saat ini. Bagaimana tidak? Umurnya yan
kipun ada sedikit sebuah rasa yang telah mengganjal di hatinya. Tatapannya lur
itu, mungkin kita sudah saling menyat
akkan secangkir kopi dan kemudian deringan ponse
alu menggangu waktuku untuk bersantai," u
t khusus untuk mendinginkan cairan hitam itu untuk dinikmati hangat-hangat. "Kopi ta
lah berdiri di belakangnya, "Permisi pak,
ripsi dengan saya. Silahkan duduk dan segera selesa
mbimbingnya itu. Jika tidak karena tugas skripsi yang dia selesaikan, maka dia
isi dan sudah saya revisi semuanya. Bapak
Rain, tawarannya yang seolah tak dianggap kini membu
harus ada tanda titik dua kali dalam satu kalimat? Ini juga, kenapa teori sastra yang kemarin sudah saya berikan
i tersebut? Dan . . ." suara Rain terputus karena
gu sampai nanti sore di cafe
at wajah Rain. Wajah yang selalu dia kagumi dulu, pada sosok perempuan yang berhasil mengi
afas berat, dia menatap punggung dosennya itu dengan tatapan benci, "Kok bi
dosennya tersebut untuk bisa sidang skripsi secepat mungkin. Dengan langkah yang sedikit malas kini dia memasuki perpustakaan yang terlihat h
earahnya, rasa lelah dan kesal yang menerjangnya tadi berubah m
ae? Sudah dapat tandatangan untuk sidang skripsi?" lak
ini ya bububku sayangku Dewa Geofani
lah menjalin hubungan semenjak pertemuan tiga tahun silam, tiga tahun Dewa telah mampu menaklukkan hati Rain. Meskipun, banyak masalah yang selalu
sore ini. Tiga jam telah mereka lewati dan habiskan untuk skirpsi dan kini waktunya Rain unt
ewa lembut sembari membenarkan
h ada masalah dengan pak Dion juga, malah runyam nantinya jika dia t
"Yasudah kalau gitu, hati-hati dan jangan lupa makan terus banyakin minum air put
akan menentukan nasibnya yang berada di tangan dosen pembimbingnya itu. Setelah tiga puluh menit menemp
ja deh tapi pesan satu gelas es coklat panas juga segar juga sih." Rain bermon
tengah berdebat dengan begitu hebatnya. Dua orang lawan jenis yan
ng mengarah ke dirinya membuat kembali ke arah tempat duduknya. Dengan segera Rain berjalan kemb
atnya. Tatapan yang selalu membuatnya selalu tak ingin untuk melihatnya, mungkin
dan dengar
emudian menggeleng serta meringis untuk melarikan diri dari masalah yang t
na skripsimu." P
n gemeteran sambil memberikan
untuk segera menjalani satu penantian panjang dan penantian akhir di kuliahnya tersebut, sidang skripsi.
sidang." Ucap Dion sambil membubuhkan tanda
iswi akhir untuk sidang skripsi berbanding terbalik dengan yang dialaminya saat ini membuat ha
nyakan ke kamu ini terkait . . ." suara Dio
adap skripsi saya atau ada yang perlu say
untuk berhenti, "Semuanya tidak ada masalah, teta
menerima pertanyaan dosenya yang kali ini ter
ta itu ada, Rain?