Pria Simpanan
man. Alunan nada dari lagu Tears in Heaven yang dimainkan oleh Barra terdenga
rs in Heaven tiap mengenang mamanya yang kini berada di surga. Masih teringat jela
un ia selalu mencintai mamanya. Instrument gitar Tears in Heaven yang ia
antap rupanya," puji Kristian sete
ng berdiri di ambang pintu. "Yah, mas
l Kristian, "kau bisa main banyak alat musik,
n dengannya," kata Barra merendahkan diri, "lagipula, aku tidak sepercaya diri sepert
nathan sebagai artis memang sangat
ya itu
istriku menelepon dan anakku, Airin, agak demam,
Hati-hati
a sendiri pun sudah mau bergegas juga. Ia mengembalikan g
i Hana. Sebenarnya, Barra agak malas meladeni wanita itu karena ia merasa tidak pantas jika wanita itu curhat padan
a Barra, "maaf
at?" tanya Hana
lihat jam tangannya. "Bole
g ada di Caf
i aku akan lama sampainya karen
ah ... aku a
dalah adik juniornya yang baik mungkin ia bisa saja menolak permintaan itu. Barra lal
*
saat ini untuk bisa mendengarkan segala keluh kesahnya mengenai masalah keluarganya. Sepertinya hidup
i .
merasa lega saat melihat cengiran pria bermata kar
rra lalu duduk di depan wani
lumaya
ini tentang
sendu. "Iya, kami bahkan ribut
saja. Tapi Barra merasa heran, mengapa wanita sepertinya bisa bertengkar dengan
au pergi dari rumah? Apa
danya," sahut Hana langsung, "a
ujuk Barra, "bagaiman
semakin mirip dengan ayahnya ... wa
akmu mungkin dekat d
ahan!" Hana mulai
nita itu lagi tak baik tapi dia juga care p
i rumah tanteku, di
aguslah ka
rmohonan. "Maukah kau menemaniku, maksudk
. nanti mereka salah paham
"kamu bisa pulang setelah sampai di
pa kalau dia menemani wanita itu jika hanya sekedar
ata. Mereka menaiki mobil milik Hana, untung saja rumah yang ingin dituju Hana tidak begitu
ana, ini bukan jalur k
barang dulu karena aku
t gigi dan beberapa pakaian jika menginap di tempat lain, bisa dimaklumi. Dan tahulah bagaimana
. Sudah lumayan malam ternyata. Waktu pulang yan
udah terlalu mala
berpikiran buruk kalau k
alam ini aku tidur di hotel saja,
rah kamu sih,
tu saja ia harus menjaga wanita itu apalagi sudah larut malam. Ia juga tidak tega membiarkan H
merasa tidak aman karena ini hotel biasa ... aku tidak bi
tentu
eng semua barang-barang Hana, agak banyak memang karena sepert
ng-barang di dekat ranjang dan tiba-tiba terdengar suara pintu t
epaskan coat hitamnya, memperlihatkan lengannya yang begitu putih mulus bak porselen. Apalagi Hana mulai melangkah, mendekati Ba
a wanita itu yang kini terekspos jelas, ia tak mampu mengalihkan pa
n dan menikmati belaian lembut itu, belaian yang telah lama tak ia rasakan dari seorang wanita, hingga mereka saling mengerti keinginan masi