Pria Simpanan
kau me
ak menci
h! Aku me
u tidak ingin be
n berarti k
cintaiku! Tida
..
*
buruknya. Matanya mangerjap-ngerjap beberapa kali sebelum ia bangun dan duduk di ra
a gadis itu menginginkannya tapi itu bentuk pelarian atas kekecewaan sikap Barra yang tidak mau lebih berusaha keras agar mere
melainkan ia mengingat kejadian kemarin. Ia sudah mencium seorang wanita yang s
u lakukan, Bodoh?" umpat
elpon Hana, namun tak ada jawaban dari wani
arin, kuharap di antara
ia tak memiliki perasaan apa pun pada wanita itu. Kejadian kemarin benar-benar
ana akan bekerja di sana sebagai Sound Engineer, lama tak berkecimpung kembali di bidang s
ini para personelnya mulai bersolo karir bahkan sang gitaris yang mulai go internasional. B
itu memang tidak menyediakan air hangat. Setelah mandi Barra langsung bersiap-siap, seperti biasa ia han
hat calon tempat kerja barunya. Ia lalu bergegas keluar dari
tu tak bisa hidup. Barra mencoba menghidupkannya namun tetap saja mesin mobil itu tak bisa hidup. Barra memuku
i semangat keluar dari zona nyamann
*
tebal menghiasi wajahnya, "studio ini belum besar karena masih tergolong baru
peralatannya sudah amat canggil. "Ini sudah lebih dari cukup, Kris!" kata Barra pada sahabatnya bernama K
u mulai kerja?"
Barra sambil memeriksa peralat
a satu band indi yang rekaman tapi ... mungkin agak repot karena band ini
enteng, "aku bisa memperbaikinya kalau
oo
*
di di dalam bus sehingga ia bisa duduk di sana. Barra melempark
mengingatkannya akan Hana saat masih menjadi seorang gadis, dengan rambut hitam legam sebahu yang sedikit bergelombang di ujung rambutnya. Terlihat can
itu. Dari sudut matanya ia bisa melihat bahwa gadis muda itu mengambil kertas dan pensil
h lama tidak naik bus karena ia sudah memiliki mobil d
sana sambil melihat ke arah jendela, sesekali bola matanya yang berwarna coklat karamel bergerak
iba gadis mud
tu lalu menunjuk dirinya sembari melem
tiba-tiba gadis itu menyerahka
lita itu. Ternyata dia membuat sketsa dan Barra sebagai objeknya. "Kau ... ta
gguk. "Maaf, ya" ucapny
diam Barra menganguminya. Barra memandangnya sekali lagi, ada tanda tangan dan nama gadis itu, g
is itu malah b
ar atau desain ...," ucap Barra mencari alasan
ia lalu mengambil lembaran itu dan menulis sejumlah angka di bawah tanda tangannya, "itu nomorku
ay
bagai seorang seniman ia sangat kagum dengan karya gadis muda itu. Sesekali ia melirik ke a
ma Reyna itu segera bergegas menggendong ransel
gadis itu turun. Entah di mana tepatnya gadis itu tinggal karena setelah turun gadis