Sugar Daddy Dosenku
hotel mewah yang sunyi, Nina terbangun dari tidurnya dengan perasaan campur aduk. Cahaya pagi yang masuk melalui tirai tipis terasa menyilaukan, membuatn
menatapnya sejenak, memerhatikan raut wajah pria yang telah memberinya beg
unkan Andi. Tubuhnya terasa lelah, bukan hanya karena malam panjang yang baru saja ia
t, seolah-olah ada sesuatu yang mengikat hatinya, mencegahnya untuk benar-benar meninggalkan tempat ini. Ia m
na pelan, meskipun ia tahu
ng sunyi. Begitu pintu tertutup di belakangnya, Nina menghela napas panjang, merasa beban di dadanya s
sedikit bengkak akibat kurang tidur. Ia mencoba merapikan rambutnya yang kusut, namun hasilnya tak seb
etugas hotel. Di luar, udara pagi yang segar menyambutnya, sedikit mengurangi rasa penat yang mengge
rjalanan, ia hanya terdiam, memandang keluar jendela dengan pikiran yang berkecamuk. Apa yang baru saja ia lalui semalam terasa sep
umah kecil yang sederhana, jauh dari kemewahan hotel tempatnya menginap semalam. Setibanya di rumah, Nina
mnya, membuatnya merasa tidak nyaman. Tanpa membuang waktu, Nina menyalakan shower dan mulai membersihkan tubuhnya dengan air hangat. A
n mudah, namun ia juga tahu bahwa ini adalah jalan yang ia pilih sendiri. Andi telah memberinya sesuatu y
menyadari bahwa ia harus segera berangkat ke kampus jika tidak ingin terlambat. Dengan cepat, ia mengemas buku-buk
dirinya sendiri, mencoba meyakinkan dir
*
m, dikelilingi oleh suara hiruk pikuk jalanan yang mulai dipadati kendaraan. Namun, pikir
sing-masing. Beberapa teman sekelasnya menyapa Nina, namun ia hanya membalas dengan senyuman kecil, berusaha untuk tidak menunj
penuh semangat, namun kata-katanya hanya masuk ke telinga kiri dan keluar dari telinga kanan Nina. Ia merasa s
u, berharap udara segar bisa sedikit menghilangkan kekacauan di pikirannya. Ia berjalan ke
mikirkan apa pun. Namun, bayangan Andi dan suara bisikan lembutnya masih terus menghantuinya. Ia merasa bingung denga
itarnya. Nina membuka pesan yang masuk dan melihat nama Andi tertera
h kau sudah pulang dengan selama
untuk menjawab. Namun setelah beberapa d
Pak Andi. Terima kasi
. Ia tahu bahwa ini baru permulaan dari hubungan mereka yang rumit. Namun, Nina ju
*
ari-harinya dengan normal, namun bayangan Andi terus menghantui pikirannya. Setiap kali ponselnya berbuny