Sugar Daddy Dosenku
tengah himpitan ekonomi, keputusan untuk bertemu dengan seorang pria yang menawarkan kehidupan lebih baik terasa seperti menjual jiwanya. Namun, ia
ni hanya ia kenal melalui pesan singkat. Percakapan mereka di dunia maya terasa begitu realistis dan penuh janji. A
reka bertemu, senyuman Andi mengembang, menyambut kedatangan Nina dengan antusiasme yang t
ta bisa bertemu langsung," sapa Andi sambil b
Nina sambil duduk di kursi di depannya. Tangannyaibadi. "Kau terlihat jauh lebih cantik dari foto-foto yang kau kirimka
merayapi dirinya. "Terima kasih, Pak Andi. Anda j
Kau tidak perlu gugup, Nina. Aku di sini hanya untuk berbincang dan
pat-tempat yang pernah Andi kunjungi. Nina mulai merasa lebih nyaman, meski ada sedikit rasa canggung yang
dengan serius. "Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku tidak akan memaksakan apa pun. Aku hanya
Pak Andi. Saya sudah memikirkan ini dengan baik, dan saya tahu apa yang saya ing
harapkan juga, Nina. Hubungan ini harus berdasarkan rasa saling per
n berdua, dengan Andi yang terus-menerus memastikan bahwa Nina merasa nyaman. Di dalam kamar hote
edikit menegangkan untukmu," ujar Andi sambil menuangk
han. Rasanya sedikit pahit di mulutnya, namun ia terus minum, berharap cairan itu bisa sedna. Aku sudah lama menantikan momen ini," bisik Andi di
ud dari perkataannya. "Saya juga, Pak A
itu intens, penuh dengan gairah yang selama ini terpendam. Nina bisa merasakan tubuhnya m
mengikuti setiap gerakan Andi, meski di dalam hatinya masih ada sedikit ketaku
ang terampil. Ia mencium setiap inci tubuh Nina, membangkitkan sensasi yang belum pernah Nina