Wanita Simpanan Dosen
hadapannya, dengan tanda-tanda koreksi dari Rian yang mencoret-coret beberapa paragraf.
u kumpulkan masih kurang kuat untuk mendukung hipotesismu," kata
ik, Pak. Saya akan mencoba
ra. "Bagus. Jangan lupa juga revisi bagian kesimpulan
nang meskipun hatinya berdebar kencang. Ia tahu bahwa sesi bimbingan
gin cepat-cepat pergi dari ruangan itu sebelum Rian melakukan ses
suatu," kata Rian sambil berdiri dari
n lain yang harus saya selesaikan
a semakin lebar. "Tidak, Laura. Kam
an penuh nafsu. Laura terkejut dan berusaha untuk melepaskan diri, namun cengker
" bisik Laura di antara c
an tubuh Laura ke sofa di sudut ruangan. Laura berusaha melawan, tetapi Rian lebih kua
a sendiri, siap untuk melampiaskan hasratnya. Ia memaksa dirinya ke dalam
menjadi rahasia kita," bisik Rian
ubuh dan hatinya. Ia merasa hancur, tetapi tidak ada yang bisa ia la
iap gerakan terampilnya berusaha menutupi jejak-jejak kekacauan yang baru saja terjadi. Ia
iinginkan. "Jangan pernah memberitahu siapa pun tentang apa yang b
ang mendalam memenuhi dirinya. Dia merasa seolah-olah bagian dari dirinya yang paling berharga telah direnggut dengan kejam o
terasa berat, seolah beban emosional yang dia tanggung melebihi beban fisik yang dirasakannya. Rasa sak
Tangannya bergetar saat ia mengambil beberapa pil kontrasepsi dari rak dan mendekatinya ke konter. Berharap agar tindakan preventif in
a melanjutkan perjalanan pulang dengan perasaan campur aduk. Dia berdoa aga
segala sesuatu bisa berjalan normal. Namun, harapan itu segera terkikis
ni, Laura?" tanya papanya
a dia harus menyembunyikan kenyataan yang menyakitkan ini dari papanya, meskipun rasa bersalah dan kepe
n suara yang kurang meyakinka
angguk, tampak puas dengan jawaban tersebut. Laura merasa bersyukur karena bisa m
s kembali pada kejadian yang telah merusak hidupnya. Setiap detik terasa seperti beb
tup. Pikiran dan perasaan yang rumit membanjiri pikirannya, membuatnya sulit untuk tidur. Dia merasa k
elamanya. Kini, dia hanya bisa berdoa agar bisa menemukan cara untuk m