Istri rahasia Dosen dingin
alis. Sebuah garasi kecil dan teras dipenuhi tanaman adala
diri begitu
a tidak menarikku. Sosok tingginya menunggu di
anku bisa jadi bumerang bagi diriku sendiri
. Kalau dipikir-pikir ngeri juga mengingat tinggi badanku hanya seratu
. Tetangga kanan kiri pastinya sudah ti
amnya membuka pintu lal
luar lagi. Kini semua keputusan ada di tanganku. Mau berteriak
bodoh karena mem
l
api anehnya sengaja tidak dikunci. Seakan mengisyaratka
iri?" tanyaku berur pompa disudutnya. Ini jelas berbeda dengan pikiran semua orang yang mengira Alvin hidup den
sa bicara santai. Aku sudah bilang status kita bukan lagi dosen dan mahasiswa ka
i sudah berdebat, tapi begitu masih ruang tanp
pku dengan mata yang sedikit monoloid. Aku baru sadar tentang
gerak sendiri. Harusnya aku berlari keluar saja daripada menghadapi pria yang kutaksir sejak lama. T
n kamu mau
agi-lagi membuat
a bukan melacur, tapi menghibur
merendahkan. Tidak ada hak sama sekali ia mempertanyakan kapan aku berhenti.
panjang. Ia kemudian men
ya kenapa aku ikut campu
wi tingkat pertama yang baru beberapa bulan lalu masuk. Asal bapak tahu saya kuliah karena in
menggigit bibir lalu menyandar ke sofa. Tatapannya masih
alasa
mpulan fotoku saat tengah ada di atas panggung pole dance. Dengan bra tipis dan celana dal
angsung mengambil ponsel itu untuk
a menjuntai hingga punggung dan tawanya begitu lepas tanpa beban. Di beberapa fo
gal diam dan ingin ikut campur. Andai aku tidak melihatmu masuk kelas hari itu, mungkin sekarang kita tidak a
. Semacam bayangan dari seseorang yang sudah meninggal. Padahal kalau dilihat-lihat kami tidak begitu mirip. Bukan hanya style, tap
a kehilangan pasangan. Tapi jangan melampiaskan
a. Pantas selama ini ia begitu kaku dan dingin. Rupanya ada luka yang belum t
ahnya terlihat tegang
i pekerjaan dan pendidikan tetap pendidikan. Kalau keberatan, laporkan s
ranjak pergi. Tadinya aku was-was takut dikasari. Bagaimanapun kini ia terlihat s
ar, aku akan mem
ut. Entah bagaimana menjelaskan, walau dip
ujukmu. Tapi aku salah besar,
as kemudian duduk di salah
ku sempat menjulukinya batu pualam yang tampan. Tapi hanya dalam semalam anggapanku itu dihancurkan. Bukan lagi dosen dingin, Alvin berubah seperti pria metropolis di
juga?" gumam Alvin memer
idak me
idak mungkin t
m atau melayani kencan berbayar. Jadi ja
dikit. Oke, tidak masalah kalau ia tidak percaya.
aku tidak kunjung berhenti meski sudah semenit. Bibir tipis Alvin adalah alasan dari kegelisahanku.
i kejauhan. Benar saja, taksi warna bi
atang. Ini,
ya, entah berapa. Buat apa ditolak? Waktuku m
enahan pintu taksi yang mau kututup. Tatapan
? Batinku mengumpat kesal. Je
sahutku
ra soal ini lebih jauh," ucapnya menghisap rokoknya lagi lalu membe
hatan Tuhan. Semua akan brengsek pada waktunya. Alvin ada