Istri rahasia Dosen dingin
uluh lebih, berambut hitam legam dengan hidung mancung yang menyangga kaca mata hitam. Sudah setengah jam berlalu sejak ia memberi tugas, tapi sosoknya tida
ovent. Tidak nyaman bergaul dengan siapapun. Keseharianku hanya berangkat ke kampus lalu pulang. Jangankan ikut organisasi, kadang kalau ada tugas
saya setelah k
r kelas siang itu. Sosok tingginya berlalu
nah bicara satu sama lain. hal itu tentu saja mema
gasmu," celetuk Bintang,
a kamu ikut diskusi langsung walau hanya satu kali." Yang
pali. Jika benar, wajar saja kalau mereka kesal. S
mahasiswa sudah selesai. Lorong menuju kantor dosen cukup sepi. Aku hanya melihat petugas kebersihan juga beberapa maha
as
h pulang karena ini memang akhir pekan. Aku merasa canggung karena tidak ada orang selain kami. Apalagi suasana cuku
denganmu," katanya melepas kaca mata
osen Alvin menjadi role model mahasiswinya. Andai sikapnya tidak terlalu kaku, sudah bisa dipastikan ia akan jauh lebih populer. Sayangnya dosen
tanyaku khawatir. Sebagai penerima bea sisw
ng kuliah." Ia bergumam lalu t
langsung berdegup kencang,
apa, pak?" tan
ing mahasiswa lain, nilai juga sikapku
mu punya
apku tak
pada gadis muram sepertiku? Batinku bingung. Kubalas tat
buru-buru memperbaiki ucapanku. Sebisa
bea siswa. Bisa jadi, pihak kampus lebih menyukai maha
kamu
ke atas meja, barulah wa
ggertak. Belum pernah aku melihatnya menampakkan emosi yang begitu nyata. Sekalipun ma
uk
gah melakukan pole dance. Bagian atas terbuk
ak pernah ketahuan. Aku bukan kekurangan uang, tapi memang menyukainya. Daripada bicara dan bergaul, aku lebih suka menari di at
Saya tahu
otoku lagi sambil meng
ah. Selagi hanya tebakan, citraku sebagai mahasiswi introvent yang kuper tidak akan bisa digoyahkan. Aku but
icara soal ini di kampus. Tapi status ki
adalah pemanis kekosonganku, kini berubah menjadi pen
isa meluruskan kesalahpahaman i
rena pembicaraan kami mulai berantakan. Untung saja, dosen Alvin
ntuk diduduki. Entahlah, mungkin karena terlalu lama mempertahankan keperawanan, aku jadi tidak bisa meng
erjaan sampinganku saja sudah aneh, apalagi bisa mengenaliku menggunakan topeng. Ada dua kemu
skannya. Bos di klub pasti akan membantuku dengan melarangnya masuk. Ya, semua bisa dibereskan hanya dengan itu. Popularitask
sepatu kets putih. Tapi itu hanya berlaku di kampus. Di malam hari, aku menjelma menjadi Sally, pole dancer yang memanj
tubuhku tidak akan seindah dulu dan tentu saja pemilik klub akan membuangku. Jadi sebelum i
yang hidup untuk dikagumi saja, bukan malah menganggu kehidupan pribadi mahasiswanya. Selama ti